Sejarah Las

Perkembangan proses pengelasan mulai dikenal pada awal abad ke 20. Sebagai sumber panas digunakan api yang berasal dari pembakaran gas Acetylena yang kemudian dikenal sebagai las karbit. Waktu itu sudah dikembangkan las listrik namun masih langka.

Pembekalan Dunia Industri

Acara ini membahas mengenai bagaimana lulusan SMK menghadapi dunia industri, dengan beberapa tantangan-tangangan yang harus dihadapi, mulai dari persaingan dari para SMK lainnya, persaingan kerja dengan dunia perguruan tinggi serta persaingan yang sudah berlangsung pada awal tahun depan (tahun 2016) yaitu MEA (Masyarakat Ekonomi Asean)..

Program Pendidikan Vokasi Industri

Sebagai wujud pelaksanaan tugas tersebut, Kemenperin telah menyusun program pembinaan dan pengembangan yang link and match antara SMK dan industri, dengan sasaran sampai tahun 2019 sebanyak 1.775 SMK meliputi 845.000 siswa untuk dikerjasamakan kepada 355 perusahaan industri

Lakukan Hal Ini Sebelum Ujian Nasional, Pasti Bakal Sukses!!!

Apakah kamu juga sudah siap menghadapi Ujian Nasional yang sebentar lagi akan berlangsung? Jika pada Ujian Nasional 2019 lalu banyak sekali siswa yang mengeluh merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal Ujian Nasional, terutama matematika. Mereka merasa soal Ujian Nasional yang mereka hadapi tidak sama dengan materi yang diajarkan di sekolah

Showing posts with label TIG. Show all posts
Showing posts with label TIG. Show all posts

Monday, April 4, 2022

Tanda Pengerjaan Pada Gambar Kerja

TANDA PENGERJAAN
Tujuan

Setelah mempelajari bahan dalam bab ini, seharusnya Anda dapat:
1. Menyebutkan fungsi dari tanda pengerjaan.
2. Merencanakan berbagai tanda pengerjaan pada gambar kerja.
3. Mempergunakan tanda pengerjaan pada gambar kerja.

1. Fungsi Tanda Pengerjaan
Permukaan benda kerja memegang peran yang penting dalam perencanaan mesin, terutama untuk memperhitungkan gesekan, pelumasan, keausan, dan sebagainya. Untuk itu teknisi harus memenuhi syarat permukaan yang dikehendaki oleh perencana atau pemesan. Agar teknisi dapat memenuhi permukaan yang sesuai, maka karateristik permukaan harus tercantum dalam gambar teknik mesin, sehingga teknisi bisa mengerti permukaan apa yang diinginkan.
Untuk menghasilkan permukaan yang sesuai, maka pada gambar kerja perlu adanya tanda-tanda pengerjaan yang dinormalisasi yang diletakkan pada bagian-bagian dikehendaki permukaannya. Pelaksanaan penempatan tanda pengerjaan ini juga mengharuskan perpanjangan pada sebelah kanan sebagaimana gambar  dibaca.  Simbol  dasar dari tanda pengerjaan ini terdiri dari dua garis
dengan ketinggian yang tidak sama dengan perbandingan 1 : 2 yang membentuk sudut 60o satu sama lain (lihat Gambar 37).
Gambar 37. Lambang pengerjaan bebas dan tidak dikerjakan

Tidak semua permukaan benda dikerjakan dengan mesin. Ada kalanya karena sesuatu hal permukaan tersebut tidak dikerjakan, atau dibiarkan saja dan juga bisa permukaan tersebut tidak boleh dibuang, karena ukurannya sudah sangat pas. Konfigurasi permukaan yang bebas dikerjakan dengan mesin apapun dan permukaan yang tidak diijinkan untuk dikerjakan adalah seperti terlihat pada Gambar 37.
Gambar 37. Simbol dasar tanda pengerjaan
 
2.  Penulisan Tanda Pengerjaan
Pengerjaan permukaan yang mendapat pengerjaan mesin harus dicantumkan dengan keterangan pada simbol dasar yang berbentuk segi tiga. Adapun pengembangan spesifikasi dari penulisan simbol yang telah diberi keterangan adalah seperti terlihat pada Gambar 38 di bawah ini.

Gambar 38.  Simbol tanda pengerjaan dan keterangannya

Arah pengerjaan permukaan benda kerja sangat tergantung pada selera dan kehalusan (kekasaran) yang diinginkan. Harga kekasaran dan kelas kekasaran untuk beberapa nilai adalah seperti terlihat pada Tabel 5 di bawah ini.

 Tabel 5. Harga dan kelas kekasaran
Berkaitan dengan arah pengerjaan mesin, dibedakan menjadi enam bentuk arah. Adapun simbol simbol (lambang) arahnya adalah seperti terlihat pada Tabel 6 di bawah ini. Untuk nilai kelas kekasaran dari beberapa cara pengerjaan mesin adalah seperti terlihat pada Tabel 7.
 

Tabel 6. Lambang arah pengerjaan permukaan

Tabel 7. Kategori kekasaran berdasarkan pengerjaan mesin


Thursday, March 17, 2022

Jenis-Jenis Logam Dalam Dunia Teknik atau Industri

1.3   JENIS-JENIS LOGAM
Pada garis besarnya logam digolongkan menjadi dua, yaitu logam besi (ferro)  dan  logam  non ferro.  Logam  besi  terdiri  dari  baja,  baja  tuang,  paduan besi. Untuk logam non ferro dikelompokkan menjadi dua, yaitu logam berat dan logam ringan. Logam berat murni terdiri dari tembaga, timah putih, seng, timah hitam,  nikel,  wolfram,  dan  lain-lain.  Sedangkan  contoh  logam  berat  paduan adalah  kuningan,  perunggu  dan  patri.  Logam  ringan  murni  terdiri  dari aluminium,  perunggu,  berylium.


Contoh  logam  ringan  paduan  adalah  anti corodal, aluman dan avional.
Dari semua golongan logam dapat dibedakan menjadi lima bagian yaitu:
(a).   Logam berat adalah apabila berat jenisnya lebih besar dari 5 kg/dm3
Misalnya : nikel, kromium, tembaga, timah, seng, dan besi.
(b).   Logam ringan adalah apabila berat jenisnya kurang dari 5 kg/dm3
Misalnya : aluminium, magnesium, natrium, titanium, danlain- lain. 
(c).   Logam mulia adalah logam mempunyai sifat-sifat khusus seperti:Tahan terhadap bahan kimia, tahan terhadap korosi, dll.Contoh: Emas (Au), Platina (Pt), Perak (Ag).. mIsalnya:  emas, perak dan platina.
(d).  Logam refraktori yaitu logam tahan api. Misalnya : wolfram, molebdenum, dan titanium.
(e).   Logam radioaktif . misalnya : uranium dan radium.

1.3.1   LOGAM FERRO
Logam ferro yang dimaksud disini adalah logam besi. Logam besi dalam pemakaiannya  terlampau  lunak,  sehingga  dipadukan  dengan  zat  arang  untuk mendapatkan  sifat  kekerasan.  Adapun  menurut  pembagiannya  logam  ferro dibagi menjadi:

a.  Besi Tuang
Komposisi: Campuran besi dan karbon, kadar karbon sekitar 4% 
Sifat:  Rapuh,  tidak  dapat  ditempa,  baik  untuk  dituang,  kuat  dalam pemadatan, lemah dalam tegangan Penggunaan: Alas mesin, meja datar, badan ragum, bagian-bagian mesin 
bubut, blok silinder, cincin torak. 

b.  Besi Tempa
Komposisi: 99% besi murni dengan sidikit kotoran.
Sifat:  Dapat  ditempa,  liat,  tidak  dapat  dituang,  tetap  seperti  adonan  bila 
dipanasi.Penggunaan: Rantai jangkar, kait keran, landasan kerja plat.

c.  Baja Lunak
Komposisi: Campuran besi dan karbon. Kadar karbon 0,1% - 0,3%.
Sifat: Dapat ditempa, liat.
Penggunaan:  Mur,  baut,  sekrup,  pipa,  keperluan  umum  dalam pembangunan.

d.  Baja Karbon Sedang
Komposisi: Campuran besi dan karbon. Kadar karbon 0,4% - 0,6%.
Sifat: Lebih kenyal daripada keras
Penggunaan: Benda kerja tempa berat, poros, rel baja

e.  Baja Karbon Tinggi
Komposisi: Campuran besi dan karbon. Kadar karbon 0,7% - 1,5%.
Sifat: Dapat ditempa, dapat disepuh keras dan dimudakan, mudah ditempa.
Penggunaan: Kikir,  pahat, gergaji, tap, stempel, alat-alat mesin bubut dan sebagainya.

f.  Baja Cepat Tinggi
Komposisi:  Baja  karbon  tinggi  ditambah  nikel  atau  kobal,  chrom  atau tungsten.
Sifat: Rapuh, tahan suhu tinggi tanpa kehilangan kerasnya, dapat disepuh keras dan dimudakan.
Penggunaan: Mesin bubut, alat-alat mesin, mesin bor dan sebagainya.

Dari semua jenis logam dapat digolongkan menjadi logam murni dan logam paduan. Logam paduan artinya logam yang dicampur dengan logam lainatau bahkan dicampur dengan bukan logam.

Dalam penggunaan dan pemakaian pada umumnya, logam tidak merupakan logam murni melainkan logam paduan. Logam murni dalam pengertian ini adalah logam yang tidak dicampur dengan unsur lainnya atau pengertianlain yaitu yang diperoleh dari alam (hasil tambang) dalam keadaan murni dengan kadar kemurnian 99,99 %.

Dengan memadukan dua logam atau lebih dapat diperoleh sifat-sifat yang lebih baik dari pada logam aslinya. Memadukan dua logam yang lemah dapat diperoleh logam paduan yang kuat dan keras. Misalnya tembaga dan timah, keduanya adalah logam yang lunak, bila dipadukan menjadi logam yang keras dan kuat dengan nama perunggu. Besi murni adalah bahan yang lunak sedangkan zat arang (bukan logam) adalah bahan yang rapuh, paduan besi dengan zat arang menjadi baja yang keras dan liat.


1.3.2   LOGAM NON FERRO
Logam  Non  Ferro  disebut  juga  dengan  logam  bukan  besi, karena  tidak mempunyai  kandungan  besi  (Fe).  


Dari logam non ferro berat yang penting dalam paduan disebut tembaga, timah dan timbal. Dalam paduan ini dapat digunakan logam-logam berat sebagai unsure  paduan  seperti  seng,  antimon,  perak,  emas  dan  cadmium.  Logam  non ferro  berat  nikel,  molibden  dan  wolfram  merupakan  elemen  penting  sebagai elemen paduan dalam baja.

Logam  non  ferro  ringan  yang  penting  dalam  paduannya  disebut aluminium dan maknesium. 

Sifat  mekanik  logam  non  ferro  pada  umumnya  tidak  baik,  tetapi  hal  ini dapat  diperbaiki  dengan  paduan.  Sedangkan  pada  umumnya  logam  non  ferro tahan terhadap korosi, hal ini disebabkan kulit korosi yang kuat. Beberapa logam non  ferro  seperti  tembaga  dan  aluminium  mempunyai  daya  penghantar  panas dan  daya  penghantar  listrik  yang  baik.  Yang  termasuk  jenis  logam  non  ferro antara lain:

a.  Tembaga 
Warna: Coklat kemerah-merahan.
Sifat: Dapat ditempa, liat, penghantar panas dan listrik yang baik, kukuh.
Penggunaan:  Suku  bagian  listrik,  pemipaan,  alat-alat  dekorasi  dan sebagainya.

b.  Aluminium
Warna: Biru Putih
Sifat: Dapat ditempa, liat, bobot ringan, penghantar yang baik, baik untuk dituang.
Penggunaan:  Alat-alat  masak,  reflector,  industri  mobil,  industri  pesawat terbang.

c.  Timbel
Warna: Biru kelabu. 
Sifat: Dapat ditempa, sangat liat, tahan korosi air dan asam, bobot sangat berat.
Penggunaan: Kabel, baterai, bubungan atap.

d.  Timah
Warna: Bening keperak-perakan.
Sifat: Dapat ditempa, liat tahan korosi.
Penggunaan:  Melapisi  lembaran  baja  lunak  (pelat  timah),  industri pengawetan.

1.3.3  CAMPURAN NON FERRO
Campuran  non  ferro  ini  merupakan  campuran  antara  logam  non  ferro berat maupun logam non ferro ringan. Yang termasuk campuran non ferro antara lain:

a.  Loyang
Komposisi: Tembaga 65%, seng 35%.
Sifat: Empuk, lunak.
Penggunaan: Batang, kawat, sekrup, paku keeling, tuangan.

b.  Perunggu Fospor
Komposisi: Tembaga 90%, timah 9%, fosfor 1%.
Sifat: Kenyal, tahan korosi dengan baik.
Penggunaan: Bantalan mesin, pompa air.

c.  Duralumin
Komposisi: Aluminium 95%, tembaga 4%, mangan 1%.
Sifat: Dapat ditempa, liat, dapat dipukul dengan palu, direntangBobot: Ringan, kukuh.
Penggunaan: Pesawat terbang, suku bagian kendaraan, paku keling, mur, baut.

d.  Pelat Timah
Lembaran  tipis  baja  lunak  dilapis  timah  pada  kedua  belah  sisi  dan  pada semua tepinya. Harus berhati-hati benar dalam menangani dan menyimpan pelat  timah.  Lembaran  pelat  timah  harus  disimpan  dengan  kertas  atau bahan  lain  yang  sesuai  di  antara  setiap  pelat  untuk  mencegah  lepasnya lapis timah karena sesuatu hal. Bila lapis timah hilang akan timbul karatan. 

Pelat  timah  harus  diberi  tanda  dengan  pensil  tajam  dan  dipotong  tepat menurut  garis  itu.  Tepi  potongan  harus  dilapis  dengan  pateri,  juga  untuk mencegah terjadinya karatan. Bila tepi potongan berada pada sambungan, maka pematerian tepi dilakukan pada waktu memateri sambungan.Pelat  timah  sama  sekali  tidak  boleh  dipukul  dengan  martil.  Harus dipergunakan  kayu  keras  atau  martil  kayu.  Landasan  pande  timah  atau potongan-potongan kayu keras yang sesuai bentuknya dapat dipergunakan sebagai sarana pembentuk.


Tuesday, February 15, 2022

Soal Dan Pembahasan Las TIG untuk Ujian Semester Teknik Pengelasan Tingkat SMK

Pelajarilah soal-soal las TIG untuk Teknik Pengelasan tingkat SMK dibawah ini dengan seksama dan semoga bermanfaat!!!!!

1. Permukaan material yang akan dilas harus di bersihkan dari kotoran berupa…
a. Garam, besi crom dan minyak
b. Karat, lapisan oksida besi dan gemuk/oli
c. Lapisan oksida besi, gemuk/olidancat
d. Gemuk/oli, cat dankara
e. Cat, karat dan lapisan oksida besi
Jawab: E

2. Untuk mengukur ketebalan benda kerja digunakan
a. Jangka bengkok    
b. Jangka kaki
c. Jangka hati       
d. Jangka tusuk      
e. Mistar sudut
Jawab: A

3. Kawat las dengan kode spesifikasi AWS ER 71 T-1, huruf  T mempunyai arti :…
a. Tip    
b. Tubular    
c. Tungsten    
d. Titania     
e. Torch
Jawab: D

4. Fungsi dari elektroda tungsten adalah :
a. Pembangkit busurnya las selama dilakukan pengelasan
b. Sebagai bahan tambah.
c. Sebagai pengatur bentuknya rigi-rigi
d. Penentu besar kecilnya hasil pengelasan
e. Semua jawaban salah
Jawab: A

5. Jenis mesin Las TIG (las gas tungsten) yang digunakan untuk mengelas alumunium adalah arus.....
a. AC atau DCEN  
b. DC atau DCEP  
c. DC atau DCEN  
d. AC/DC  
e. AC atau DCEP
Jawab: E

6. Gas Argon pada proses las TIG digunakan sebagai :
a. Pembakar
b. Pelindung dan pendingin
c. Penghantar listrik
d. Busur api
e. Pembersih benda kerja
Jawab: B

7. Pada gambar rangkaian mesin las TIG, nosel pada TIG torch digunakan untuk ……
a. Mengatur tekanan gas 
b. Mengatur arus
c. Mengatur tekanan kerja
d. Busur pembakar
e. Mengarahkan gas pelindung pada cairan
Jawab:  E

8. Posisi nosel apabila dipasang pada torch harus dikencangkan dengan menggunakan ………
a. Kunci kusus
b. Kunci pas
c. Tangan saja
d. Kunci inggris
e. Tang
Jawab:  C

9. Pada proses  pengelasan baja karbon kampuh Butt-Joint  dengan proses las TIG, panjang elektroda yang keluar dari ujung nozzle sepanjang….
a. 1 - 2 mm
b. 1,5 – 2,5 mm
c. 2,5 - 3 mm
d. 3 - 4 mm
e. 6 - 8 mm
Jawab:  D

10. Pada gambar dibawah adalah alat pelindung diri  di pergunakan pada pekerjaan apa…
a. Memahat
b. Mengelas 
c. Menggerinda
d. Mengikir
e. Mengebor
Jawab:  B

11. Apabila pada proses pengelasan juru las tidak mengunakan safety shoes maka akan terjadi ganguan kesehatan pada …
a. Kepala
b. Badan
c. Dada
d. Tangan
e. Kaki
Jawab:  E

12. Untuk penggunaan kaca penyaring agar tukang las bisa melihat dengan baik  pada proses pengelasan menggunakan arus 300 amper ke atas maka nomor kaca yang digunakan adalah nomor......
a. 6-7
b. 8-9
c. 10-12
d. 13-14
e. 15-16
Jawab:  E

13. Jenis elektroda tungsten untuk mengelas baja tahan karat, adalah ... 
a. Tungsten yang circonium
b. Tungsten yang thorium
c. Tungsten murni
d. Tungsten Zirconium
e. Tungsten jenis circonium dan diameter sesuai dengan colled
Jawab: E

14. Alat pelindung diri yang perlu dipakai pada saat menyiapkan material pengelasan …
a. Kaca mata bening, sarung tangan dan sepatu
b. Kaca mata gelap, sarung tangan dan sepatu
c. Sarung tangan, apron dan kacamata bening
d. Kaca mata bening, apron dan sepatu
e. Sarung tangan, masker, air plug
Jawab: A

15. Untuk mengidentifikasi jenis material yang digunakan oleh objek/benda kerja pada proses pembuatan gambar adalah dengan..................
a. Mempertimbangkan sifat-sifat material sesuai dengan persyaratan kerja yang diperlukan
b. Mengidentifikasikan kerja, persyaratan kerja serta karakteristik material yang diperlukan
c. Menganalisa fungsi obyek/benda kerja dalam mekanisme kerja secara keseluruhan
d. Mempelajari berbagai standar material serta karakteristiknya
e. Tidak ada jawaban yang benar
Jawab: C

16. Seorang pengelas harus mampu menghindari atau mencegah terjadinya distorsi. Upaya yang tidak banyak mengurangi terjadinya distorsi adalah…
a. Menggunakan arus seminimal mungkin
b. Membuat las catat sebelum pengelasan
c. Memberikan “pre-set” setalah dilas catat
d. Menggunakan elektroda yang kecil dan pengelasan berulang-ulang
e. Memperkecil amper.
Jawab: C

17. Fungsi dari elektroda tungsten adalah :
a. Pembangkit busurnya las selama dilakukan pengelasan
b. Sebagai bahan tambah.
c. Sebagai pengatur bentuknya rigi-rigi
d. Penentu besar kecilnya hasil pengelasan
e. Semua jawaban salah
Jawab: A

18. Gambar dibawah ini adalah contoh sambungan …

a. Fillet welding                         
b. Slop welding                          
c. Plug welding
d. Edge welding
e. Butt welding
Jawab: E

19. Salah satu elektroda tungsten pada proses GTAW/ TIG adalah EWTh2 , pengertian dari jenis elektroda tersebut adalah..
a. Cerium 2%
b. Zircon 2%
c. Mangan 2%
d. Thorium 2%
e. Tungsten 2%
Jawab: D

20. Cacat las harus diidentifikasi secara visual lalu ditandai untuk perbaikan. Salah satu syarat perbaikan pada cacat las....
a. Dilas kembali dengan kualitas yang seragam
b. Disikat untuk dibersihkan saja
c. Dipukul untuk diratakan kembali
d. Dipanaskan kembali untuk mencegah distorsi
e. Dibersihkan dengan air
Jawab: A

21. Sebelum benda kerja dilas, alangkah baiknya harus terbebas dari …
a. Debu
b. Serpihan logam
c. Bau
d. Cat
e. Jelaga
Jawab: D

22. Kriteria hasil las yang baik adalah kecuali
a. Benda kerja dan jalur las bersih
b. Ketinggian dan jalur las seragam
c. Penembusan jalur sesuai standar
d. Sedikit terdapat spatter
e. Tidak terdapat undercut dan overlap
Jawab: D

23. Penyebab terjadinya undercut yaitu ….
a. Lingkungan basah/lembab
b. Ampere terlalu tinggi
c. Jarak elektroda terlalu dekat
d. Jarak elektroda terlalu jauh
e. Ayunan/gerakan penarikan elektroda terlalu cepat
Jawab: B

24. Hasil pengelasan yang terdapat lubang-lubang disebut….
a. Undercut
b. Overlap
c. Porosity
d. Spatter
e. Surface concavity
Jawab: C

25. Untuk pemotongan pelat yang relatif tipis dan berbentuk cekung atau cembung, maka lebih efektif  digunakan alat potong ....
a. Gunting tangan
b. Gergaji tangan
c. Gunting tuas
d. Mesin gergaji pita
e. Guillotine
Jawab: A

26. Alat pelindung diri yang perlu dipakai pada saat mengelas….
a. Kedok/helm las, sarung tangan, apron dan jaket kulit
b. Kedok/helm las, sarung tangan, apron dan topi las
c. Kedok/helm las, apron, jaket kulit dan sepatu las
d. Kedok/helm las, jaket kulit, sarung tangan dan sepatu las
e. Kedok/helm las, jaket kulit, kaca mata
Jawab: B

27. Salah satu yang tidak termasuk prosedur penerapan keselamatan kerja adalah….
a. Mengenali bahaya pada area kerja
b. Peralatan dan area kerja dibersihkan sesuai jadwal
c. Tanda bahaya dan peringatan di patuhi
d. Pakaian pengamanan digunakan sesuai aturan
e. Pengamanan oleh satuan pengaman yang terlatih
Jawab: E

28. Simbol keselamatan kerja dilukiskan dengan gambar yang mudah difahami, lambang dibawah ini mempunyai maksud …..
a. Gunakan penutup telinga
b. Mata harus waspada
c. Rambut harus rapi
d. Gunakan masker hidung
e. Gunakan kacamata
Jawab: E

29. Prosedur penyiapan benda kerja sebelum dilakukan pengelasan adalah ….
a. Membersihkan benda kerja dari karat dan minyak
b. Mengukur dimensi benda kerja
c. Memanaskan benda kerja
d. Mendinginkan benda kerja
e. Mengecat benda kerja
Jawab: A

30. Yang termasuk palu lunak dibawah ini, kecuali…
a. Palu kayu
b. Palu kuningan
c. Palu plastik
d. Palu karet
e. Palu konde
Jawab: E

31. Dalam pemakaiannya penggores harus selalu berpasangan dengan salah satu alat ukur, yaitu 
a. Rol meter
b. Jangka bengkok
c. Siku blok
d. Mistar sorong
e. Mistar baja
Jawab: E

32. Penggaris yang digunakan untuk mengukur sudut 90°, yaitu
a. Mistar sorong
b. Mistar siku
c. Mistar baja
d. Rol meter
e. Jangka bengkok
Jawab: B
 
33. Pada gambar dibawah menunjukan sambungan …..
a. Sambungan keeling
b. Sambungan patri
c. Sambungan lipat tunggal
d. Sambungan lipat ganda
e. Sambungan lipat tegak
Jawab: C

34. Beberapa ciri kerusakan pada kikir dapat di identifikasikan dari beberapa hal dibawah ini, kecuali…
a. gigi pemarut kikir licin bila diraba dengan tangan
b. gigi pemarut kikir terlihat banyak yang rontok
c. pada bagian sela gigi kikir terlihat banyak geram
d. terasa kasar saat digunakan untuk mengikir
e. apabila digunakan untuk mengikir terasa licin
Jawab: D

35. Proses pengelasan diperlukan persiapan yang baik diantaranya yang termasuk pada persiapan proses tersebut adalah:
a. Jenis mesin dan bahan
b. Jenis bahan dan ampere
c. Tekanan ampere dan bahan
d. Jenis mesin, bahan dan ampere
e. Jenis mesin, bahan dan alat bantu
Jawab:  D

36. Pada proses las TIG memerlukan gas Argon. Gas Argon adalah sebagai :
a. Pembakar
b. Pelindung dan pembakar
c. Pelindung dan pendingin
d. Penghantar listrik
e. Busur api
Jawab:  C

37. Pada proses las TIG memerlukan tungsten, tungsten yang bagaimana yang diperlukan: 
a. Tungsten yang circonium
b. Tungsten yang thorium
c. Tungsten murni
d. Tungsten jenis circonium dan diameter sesuai dengan colled
e. Tungsten yang circonium bercampuran dengan thorium
Jawab:  C

38. Pada proses pengelasan TIG aluminium memerlukan arus yang tepat. Arus apa yang digunakan:
a. Arus bolak-balik (AC)
b. Arus searah (DC)
c. Arus AC, DC sama saja
d. Arus DC (+) atau arus DC (-)
e. Arus AC saja
Jawab:  C

39. Gambar sket di bawah termasuk jenis sambungan:


a. Fillet weld                               
b. Butt weld                                 
c. Lap weld
d. Pad weld
e. Joint weld
Jawab:  B

40. Yang harus diperhatikan pada material yang akan dilas adalah:
a. Ukuran kampuh                     
b. Identitas material                   
c. Jarak mesin las
d. Jenis electrode
e. Ketebalan material
Jawab:  B

41. Alat bantu yang tidak diperlukan dalam pengelasan TIG adalah:
a. Gas argon                              
b. Pomap pendingin                  
c. Tempat flux
d. Gas oksigen
e. Tang Penjepit
Jawab:  D

42. Untuk pengelasan plat tipis polarity yang terbaik bila menggunakan:
a. AC                                         
b. DC RP                                   
c. DC SP
d. DCEN
e. Semua benar
Jawab:  B

43. Yang tidak termasuk penyebab adanya distorsi pada pengelasan adalah:
a. Tidak adanya pemanasan awal
b. Tidak menggunakan alat bantu jig
c. Skill tenaga las kurang
d. Tidak ada identifikasi material
e. Pengaturan Ampere mesin las yang kurang sesuai
Jawab:  A

44. Metode berikut dapat digunakan untuk memeriksa hasil pengelasan sampai ke bagian dalam:
a. Dye penetrant                        
b. Metode magnetic                  
c. Metode ultrasonic
d. Metode visual
e. Uji Bending
Jawab:  C

45. Proses pengelasan TIG memerlukan tekanan gas yang seimbang. Berapa tekanan gas kerja yang seimbang tersebut:
a. Sepuluh kali diameter elektroda (tungsten)
b. Lima kali ketebalan benda kerja
c. Sepuluh kali ketebalan benda kerja
d. Sama dengan tekanan isi
e. Sama dengan besarnya tekanan isi dan ketebalan benda
Jawab:  C

46. Hal-hal berikut ini adalah keuntungan menggunakan las TIG dibandingkan dengan las SMAW, kecuali:
a. Permukaan las lebih halus
b. Sangat baik untuk menyambung benda kerja tipis
c. Mudah dioperasikan
d. Mesin las TIG lebih mahal
e. Mesin las TIG lebih murah
Jawab:  E

47. Peralatan yang paling sering digunakan untuk memperbaiki hasil pengelasan adalah:
a. Palu                                     
b. Kikir                                   
c. Gerinda
d. Gergaji besi
e. Mesin tekuk
Jawab:  C

48. Pada proses pengelasan las TIG sangat diperlukan peralatan keselamatan kerja, peralatan keselamatan kerja diantaranya:
a. Apron
b. Sarung tangan kulit
c. Kaca mata
d. Sepatu Kulit
e. Sarung tangan kulit, apron, kaca mata dan tang penjepit
Jawab:  E

49. Pada gambar kerja las pada umumnya berbentuk gambar konstruksi, gambar konstruksi terdiri dari:
a. Pandangan atas, samping, muka
b. Ukuran panjang, lebar, tebal
c. Code pengelasan
d. Ukuran yang berskala
e. Pandangan dan ukuran berikut code las
Jawab:  E

50. Hambatan yang terjadi pada proses TIG:
a. Menyetel tungsten                 
b. Menyetel jarak                        
c. Menghidupkan mesin las
d. Menyetel benda kerja
e. Menyetel Ampere mesin las
Jawab:  A

51. Hal-hal berikut ini adalah penyebab terjadinya banyak spatter pada hasil pengelasan, kecuali:
a. Jarak busur terlalu tinggi       
b. Amper terlalu tinggi              
c. Kampuh las kurang bersih
d. Skill tukang las kurang
e. Elektroda lembab
Jawab:  C

52. Bila terjadi cacat las pada permukaan hal-hal yang tidak boleh dilakukan adalah:
a. Menggerinda cacat las
b. Mengidentifikasi cacat las
c. Memperbaiki tanpa prosedur
d. Memperbaiki dengan melakukan pengelasan lagi sesuai aturan
e. Melaporkan kepada inspector yang berwenang
Jawab:  C
53. Manakah yang tidak termasuk papameter pengelasan:
a. Ampere                                  
b. Voltage                                  
c. Polaritas
d. Tebal benda kerja
e. Kecepatan pengelasan
Jawab:  D

54. Cacat las yang bisa dideteksi dengan cara visual:
A. Slag inclusion                          
B. Retak dalam                             
C. Incomplete fusion
D. Spatter
E. Tungsten Inclusion
Jawab:  D

55. Gas yang dipakai untuk proses pengelasan Gas Tunsten adalah:
a. Gas Aktif   
b. Gas tidak aktif,    
c. Gas Senon      
d. Co2
e. Semua jawaban salah
Jawab:  B

Monday, November 23, 2020

Prisip-Prinsip Pengelasan " Las Oksi Asetilen, Las Busur Tungsten Gas Mulia Dan Las Busur Logam Gas"

 D. Las Oksi Asetilen (Oxyacetilene Welding)
Pada las oxycetilene, panas dihasilkan dari rekasi pembakaran anatara gas acettylene dengan oksigen. Nyala yang dihasilkan terdiri dari dari 2 daerah/zona, yaitu:
Daerah pembakaran primer (primary combution)
Menghasilkan panas sekitar 1/3 dari total panas pembakaran sempurna.
C2H2 + O2(Silinder) = 2CO +H2
Daerah pembakaran sekunder yang terjadi setelah pembakaran primer berlangsung
2CO + O2 (atmosfir) = 2CO
H2 + 1/2 O2(atmosfir) = H2O

Sifat-sifat nyala:
1. Netral
Jika jumlah gas C2H; dan O2 sesuai dengan perbandingan stoichiometry

2. Reduksi
Jika terjadi kelebihan C2H2 sehingga terjadi pembakaran tak sempurna. Nyala api ini biasanya digunakan untuk pengelasan aluminium, magnesium dan untuk mencegah lepasnya karbon (decarburization) pada baja karbon tinggi.
Gambar 1.4 Jenis-jenis nyala api (www.alibaba.com/weldingconsumable.htm)

3. Oksidasi
Jika terlalu banyak oksigen terjadi pembakaran tak sempurna. Nyala ini biasanya digunakan unsur-unsur yang mudah menguap waktu pengelasan seperti zinc atau kuningan (paduan Cu-Zn) melalui pembentukan lapisan oksida.

Kelebihan
Peralatan lebih sederhana, murah dan mudah dipindah (portable) sehingga banyak digunakan untuk tujuan pemeliharaan (maintenance) dan reparasi (repair).

Kelemahan
Karena masukan panas (heat input) dan kecepatan pengelasan rendah sedangkan harga ( q/v ) tinggi maka daerah terpengaruh panas atau heat affected zone (HAZ) menjadi lebar dan terjadi perubahan dimensi (distorsi).

Las oxiacetylin selain berfungsi untuk pengelasan juga sangat banyak dignakan untuk melakukan pemotongan bahan. Kedua proses ini hampir sama tetapi berbeda dalam pengaturan nyala api atau kebutuhan karbidnya. Holder atau pemegang las juga berbeda namun secara prinsip dalaha sama.

Beberapa produk hail pemotongan banyak dipakai untuk tujuan praktis mauapun parsial atau bagian per bagian. Untuk tujuan parsial biasanya produk hasil pemotongan masih dirangkai lagi untuk tujuan tertentu dan biasanya disambung dengan mengunakan las atau menggunakan penyambungan model yang lain misalnya mur dan baut. Untuk tujuan praktis biasanya produk hasil pemotongan biasanya dapat langsuang dipakai dengan melakukan finishing sederhana.

E. Las Busur Tungsten Gas Mulia (Gas Tungsten Arc Welding/GTAW)
Proses pengelasan di mana sumber panas berasal dari loncatan busur listrik antara elektroda terbuat dari wolfram/tungsten dan logam yang dilas. Pada pengelasan ini logam induk (logam asal yang akan disambung dengan metode pengelasan biasanya disebut dengan istilah logam induk) tidak ikut terumpan (non consumable electrode). Untuk melindungi electroda dan daerah las digunakan gas mulia (argon atau helium).

Sumber arus yang digunakan bisa AC (arus bolak-balik) maupun DC (arus searah). Untuk sumber arus searah ada jenis 2 jenis polaritas yaitu :
Schema of gas tungsten arc-welding

Gambar 1.1 Schema of gas tungsten arc-welding (www.weldingengineer.com)

1. Polaritas lurus atau direct current straight polarity (DCSP)
Jika logam induk dihubungkan dengan kutub positif (+) dari sumber tenaga (power supply)

2. Polaritas balik atau direct current reverse (DCRP)
Jika benda kerja disambung dengan kutub negatif (-) sumber tenaga.

Polaritas Lurus
Elektron dari elektroda tungsten mengalir ke benda kerja dengan kecepatan tinggi dan menghasilkan panas yang tinggi pada benda kerja. Ini menyebabkan terbentuknya kolam logam cair (weld pool) yang sempit dan dalam.

Polaritas Terbalik
Panas terjadi pada elektroda tungsten sehingga diperlukan elektroda yang besar dengan pendinginan air yang baik, Polaritas balik menghasilkan kolam logam cair yang lebar tetapi dangkal. Metoda ini biasanya digunakan pada pengelasan untuk bahan yang cenderung mudah teroksidasi seperti Al atau Mg.
Arus bolak-balik (AC).
Arus bolak-balik banyak digunakan pada sumber tenaga (power supply) yang modern yang mempunyai kemampuan untuk membentuk square-wave AC (arus bolak-balik gelombang persegi) dan wave balancing.

Keuntungan arus bolak-balik gelombang persegi adalah untuk menghindari terjadinya arus nol pada daerah transisi (+) ke (-) sehingga busur akan lebih stabil. Pergeseran kurva sinusoidal baik pada daerah (+) maupun ( - ) dimaksudkan untuk tujuan khusus, misalnya untuk penetrasi digunakan polaritas lurus sedangkan untuk pembersihan digunakan polaritas terbalik.

F. Las Busur Logam Gas (Gas Metal Arc Welding)
Proses pengelasan di mana sumber panas berasal dari busur listrik antara elektroda yang sekaligus berfungsi sebagai logam yang terumpan (filler) dan logam yang dilas. Las ini disebut juga metal inert gas (MIG) welding karena menggunakan gas mulia seperti argon dan helium sebagai pelindung busur dan logam cair.

Keuntungan:
Perpindahan logam cair dari elektroda terumpan (consumable electrode) dapat diatur melalui kombinasi yang sesuai antara komposisi gas, jenis sumber tenaga, elektroda, arus, tegangan dan kecepatan kawat pengumpan (filler).
Skema las GMAW

Gambarr 1.2 Skema llas GMAW ((www..welldiing..com)
Keterangan gambar 1.2 :
1. Kecepatan pengelasan 5. Kolam las (weld pool)
2. Pengumpan filler/elektroda 6. Logam las (weld metal)
3. Filler/elektroda 7. Logam induk (based metal)
4. Inert gas

Berbeda dengan pengelasan GTAW, pada pengelasan GMAW lebib banyak menggunakan polaritas balik (DCRP) karena akan menghasilkan busur listrik yang stabil, perpindahan logam cair yang kontinyu dan penetrasi yang baik.

Sunday, November 22, 2020

Prisip-Prinsip Pengelasan "Deskripsi Umum Las, Klasifikasi Cara Pengelasan Dan Las Busur Listrik"

Pengelasan merupakan salah satu jenis penyambungan diantara penyambungan yang lain seperti baut dan keling. Berbeda antara keduanya bahwa pengelasan membutuhkan perhatian yang khusus diantaranya adalah jenis pengelasan, klasifikasi pengelasan, dan karakteristiknya. Bab ini bertujuan membahas permasalahan pengelasan yang paling mendasar yaitu deskripsi umum tentang las, sejarahnya, klasifikasi las, serta beberapa hal yang terkait dengan cara pengoperasian dan perlengkapan las.

Prisip-Prinsip Pengelasan "Deskripsi Umum Las, Klasifikasi Cara Pengelasan Dan Las Busur Listrik"

A. Deskripsi Umum Las

Menurut Deutsche Industrie Normen (DIN) las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam keadan cair.dari definisi tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa las adalah suatu proses dimana bahan dengan jenis yang sama digabungkan menjadi satu sehingga terbentuk suatu sambungan melalui ikatan kimia yang dihasilkan dari pemakaian panas dan tekanan.

B. Klasifikasi Cara Pengelasan

Pengelasan dibedakan pada cara kerja alat tersebut bekerja dan bentuk pemanasannya (Wiryosumarto, dkk, 2000). Pengklasifikasian pengelasan berdasarkan cara kerja dapat dibagi dalam tiga kelas utama, yaitu :

1. Pengelasan cair.

Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau semburan api yang terbakar.

2. Pengelasan tekan.

Pengelasan tekan adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan dan kemudian ditekan hingga menjadi satu.

3. Pematrian.

Pematrian adalah cara pengelasan dimana sambungan diikat dan disatukan dengan menggunakan paduan logam yang menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah. Dalam cara ini logam induk tidak turut mencair.

C. Las Busur Listrik

Las busur listrik adalah cara pengelasan dengan mempergunakan busur nyala listrik sebagai sumber panas pencair logam. Klasifikasi las busur listrik yang digunakan hingga saat ini dalam proses pengelasan adalah las elektroda terbungkus.

Prinsip pengelasan las busur listrik adalah sebagai berikut : arus listrik yang cukup padat dan tegangan rendah bila dialirkan pada dua buah logam yang konduktif akan menghasilkan loncatan elekroda yang dapat menimbulkan panas yang sangat tinggi mencapai suhu 5000 0C sehingga dapat mudah mencair kedua logam tersebut.

Proses pemindahan logam cair seperti dijelaskan diatas sangat mempengaruhi safat maupun las dari logam, dapat dikatakan bahwa butiran logam cair yang halus mempunyai sifat mampu las yang baik. Sedangkan proses pemindahan cairan sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya arus dan komposisi dari bahan fluks yang digunakan. Selama proses pengelasan fluks yang digunakan untuk membungkus elektroda sebagai zat pelindung yang sewaktu pengelasan ikut mencair. Tetapi karena berat jenisnya lebih ringan dari bahan logam yang dicairkan, maka cairan fluks tersebut mengapung diatas cairan logam dam membentuk terak sebagai penghalang oksidasi. Dalam beberapa fluks bahan tidak terbakar, tetapi berubah menjadi gas pelindung dari logam cair terhadap oksidasi

Pengelasan adalah suatu proses di mana bahan dengan jenis yang sama digabungkan menjadi satu sehingga terbentuk suatu sambungan melalui ikatan kimia yang dihasilkan dan pemakaian panas dan tekanan. Salah satu proses yang paling banyak digunakan pada sambungan struktur adalah las cair (fusion welding). Las cair ini dapat diklasifikasikan berdasarkan sumber panas yang digunakan menjadi 3 kelompok yaitu las gas (gas welding), las busur (arc welding) dan las sinar energi tinggi (high energy beam welding).
1. Las gas Las gas oksi asetilen (oxyacetilene gas welding/OAW)
2. Las Busur Las busur tungsten gas (gas tunsten arc welding/GTAW)
Las busur logam gas (gas metal arc welding/GMAW)
Las busur elektroda terbungkus (shielded metal arc welding/SMAW)
Las busur rendarn (submerged arc welding/SAW)
Las terak listrik (electrosiag welding/ESW)
Las busur plasma (plasma arc welding/PAW)
3. Las sinar Las sinar elektron (Electron beam welding/EBW)
Energi tinggi Las sinar laser (Laser beam welding)

Monday, October 26, 2020

Bahan Yang Bisa Habis Terpakai "Bahan Consumable" Pada Saat Proses Las GTAW

Bahan Consumable Las GTAW merupakan bahan yang bisa habis terpakai pada saat proses pengelasan GTAW. 
Bahan Consumable Las GTAW terdiri dari, yaitu:
1. Gas pelindung untuk pengelasan (shielding gas).
2. Bahan tambah las (rod)

Untuk mempelajari jenis dan karakteristik bahan consumable ini, maka kegiatan peserta didik dalam belajar melalui pendekatan saintifik dengan metode diskusi, demonstrasi, tanya jawab maupun praktek.
Capaian kompetensi dasar ini menuntut peserta didik mempelajarinya sebanyak 2 (dua) kegiatan belajar. 

Gas Pelindung Las GTAW
Setelah kegiatan belajar ini peserta didik diharapkan dapat :
1. Menjelaskan jenis dan karakteristik gas-gas pengelasan GTAW.
2. Memilih gas pengelasan GTAW
3. Menggunakan gas pelindung dalam proses pengelasan GTAW

Fungsi Gas Pelindung
Diudara bebas terdapat gas Nitrogen dan Oksigen. Pada temperatur tinggi satu sama lain gas tersebut bereaksi dengan kebanyakan logam dan menimbulkan logam oksida dan gas-gas oksida yang membahayakan kesehatan.
Disamping itu pengaruh terhadap hasil lasan sangat negatif. Terhadap pengaruh negatif tersebut maka dengan gas yang sesuai, udara harus dijauhkan dari kawah las dan elektroda Tungsten.
Untuk itu diperlukan gas yang tidak menimbulkan reaksi kimia terhadap logam maupun pada temperatur tinggi. Sifat-sifat netral tersebut ternyata hanya dimiliki oleh gas-gas mulia yaitu Argon dan Helium. Yang selanjutnya gas-gas tersebut disebut gas “inert” yang berarti netral, tak bereaksi.

Macam-Macam Gas Pelindung
Pada las GTAW yang paling umum / sering digunakan sebagai gas pelindungnya adalah gas Argon (Ar). Gas Argon dikenal karena kemurnian kimianya, pada suhu yang tinggi. Argon, baik murni maupun mengandung sedikit karbon dioksida, oksigen, hidrogen dan helium, banyak dipergunakan sebagai gas pelindung dalam aplikasi pengelasan terhadap baja karbon dan stainless, aluminium, magnesium, dan sebagainya.
Karakteristik gas Argon

Tabel 7.1 Karakteristik gas Argon

Selain Argon, untuk pengelasan khusus bisa juga menggunakan Helium (He) atau campuran Argon-Helium.
Gas Pelindung untuk Las GTAW

Tabe 7.2 Gas Pelindung untuk Las GTAW

Kebutuhan Gas Pelindung
Kebutuhan gas pelindung yang memerlukan penyetelan jumlah aliran gas pelindung dipengaruhi oleh tebal benda kerja dan bahan dasar benda kerja.
Grafik hubungan antara kebutuhan gas pelindung dengan tebal benda kerja ditunjukkan seperti grafik dibawah ini:
Grafik hubungan antara kebutuhan gas pelindung dengan tebal benda kerja

Gambar 7.1 Grafik hubungan antara kebutuhan gas pelindung dengan tebal benda kerja

Disamping itu, kebutuhan gas juga tergantung dari :
Macam gas, jarak nosel dari benda kerja, posisi las, luas kawah las, luas daerah panas, kecepatan pengelasan dan gerakkan pembakar las.

Tugas
Lakukan pemilihan gas pelindung las GTAW dibengkel las kalian.. Asahlah elektroda sesuai petunjuk. Gunakan elektroda tersebut untuk pengelasan dengan, arus yang benar sehingga ujung elektroda mengindikasikan arusnya tepat. Buatlah varasi setelan debit gas pelindung. Amati apa yang terjadi pada ujung elektroda jika ;debit gas pelindung terlalu sedikit, debit gas pelindung tepat, dan jika debit gas pelindung terlalu besar. Catat dan laporkan hasil pengamatan kalian pada guru maupun teman sejawat. Kegiatan ini bisa kalian kerjakan secara induvidu ataupun kelompok !.

Tes Formatif
Jawablah pertanyaan dibawah ini pada lembar jawaban yang sudah tersedia !
1. Sebutkan jenis gas pelindung las GTAW !
2. Mengapa diperlukan gas Inert dalam pengelasan GTAW ?
3. Jelaskan karakteristik dari gas Argon !
4. Jelaskan pengaruh campuran gas Ar 15% + He 75% !
5. Tentukan berapa debit kebutuhan gas pelindung Argon untuk mengelas Aluminium tebal 6mm ?

Lembar Kerja
A. Alat dan Bahan
1. Elektroda Tungsten Murni & Paduan
2. Spidol
3. Kertas Plano
4. Penggaris
5. Isolasi
6. Mesin las GTAW
7. Gas Argon + Regulator
8. Mesin gerinda duduk
9. Kaca Pembesar

B. Langkah Kerja
1. Pilihlah elektroda Tungsten yang ada dibengkel las sesuai penggunaan!
2. Asahlah ujung elektroda dengan gerinda duduk sesuai petunjuk !
3. Gunakan elektroda tersebut untuk pengelasan !
4. Setel kuat arus pengelasan yang tepat/sesuai dengan diameter elektroda!
4. Lakukan pengelasan selama 30 detik dengan debit gas pelindung terlalu kecil. Matikan busur lasnya, kemudian amati kondisi ujung elektroda serta catat hasil pengamatannya!
5. Lakukan pengelasan selama 30 detik dengan debit gas pelindung yang tepat. Kemudian amati kondisi ujung elektroda serta catat hasil pengamatannya!
6. Lakukan pengelasan selama 30 detik dengan debit gas pelindung terlalu besar. Yakinkan kuat arusnya terukur dengan tang amper. Matikan busur lasnya, kemudian amati kondisi ujung elektroda serta catat hasil pengamatannya!
7. Rekaplah hasil pengamatan kalian pada kertas plano yang sudah disediakan. Laporkan hasil pengamatan kalian pada guru ataupun teman sejawat.


Monday, October 19, 2020

Teknik Pengelasan Sambungan “I” Pada Pelat Baja Menggunakan Las GTAW Pada Posisi Bawah Tangan (PA) Dengan Benar dan Berhasil Baik

Peserta dapat mengelas sambungan tumpul kampuh I pada pelat baja menggunakan las GTAW pada posisi bawah tangan (PA) dengan benar dan berhasil baik

Benda Kerja
􀃖 Bahan : 2 (dua) potong pelat mild steel 2 x 100 x 200 mm.
Bahan tambah AWS-ER 70S-6 􀁉 2,0 mm.

Peralatan
􀃖 Perangkat las busur gas – GTAW lengkap
􀃖 Perlengkapan keselamatan kerja

Langkah kerja
􀃖 Meluruskan benda kerja dan menyiapkan kampuh
Meluruskan benda kerja dan menyiapkan kampuh

􀃖 Mengikat kedua pelat dalam bentuk sambungan tumpul kampuh – I dengan las ikat minimal di kedua ujung kampuh.
􀃖 Setting benda kerja pada posisi PA
􀃖 Mengelas sambungan tumpul, kampuh – I
􀃖 Merapikan dan menandai hasil lasan.

Cara Kerja
Menyiapkan kampuh dengan cara mengikir untuk merapikan bagian tepi dari benda kerja.
Menyiapkan kampuh

Memberi las ikat minimal pada kedua ujung kampuh dengan cara memberikan gap (celah) 1 – 2 mm ke permukaan kampuh yang sudah disiapkan, kemudian di las ikat sesuai urutan pada gambar disamping.

Pengelasan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Setelah menyalakan busur las diawal kampuh, maka pertahankan panjang busur las tidak lebih dari 2 mm.
Kendalikan pembakar las dengan tenang pada sudut kemiringan yang benar (75 – 85o). Setelah benda kerja mulai mencair masukan kawat las dari arah depan dengan sudut kemiringan 10 – 30o.
Selanjutnya jalankan pembakar mengikuti kawat las (arah maju).
benda kerja Kampuh I


Persiapan
Bahan : 2 (dua) potong pelat mild steel 2 x 100 x 200 mm.
Elektroda AWS-ER 70S-6 􀁉 2 mm.
persiapan benda kerja Kampuh I


Petunjuk
Dalam mengelas pelat mild steel (baja karbon rendah) menggunakan arus DC.
Pengelasan harus mendapatkan penembusan yang baik.
penembusan yang baik


Rangkuman
􀂙 Persiapan pengelasan kampuh I harus ada celah untuk memudahkan pengelasan akar.
􀂙 Lakukan pengelasan sesuai dengan prosedur yang benar.
􀂙 Gunakan alat keselamatan dan kesehatan kerja dengan benar.

Tugas
Lakukan latihan pengelasan kampuh “I” dengan las GTAW berulang ulang sampai bisa. Kemudian buat laporan potopolio dari proses tersebut

 Tes Formatif
1. Jelaskan spesifikasi dari elektroda Tungsten untuk mengelas pelat baja lunak (mild steel) tebal 2mm dengan bentuk sambungan I pada posisi bawah tangan !
2. Apa saja yang menyebabkan akar las tidak terjadi penembusan pada sambungan I?
3. Menurut kalian bagaimana cara mendapatkan hasil yang baik untuk mengelas pelat baja lunak dengan sambngan I pada posisi bawah tangan !


Sunday, October 18, 2020

Teknik Pengelasan Sambungan “V” Pada Pelat Alumunium Menggunakan Las GTAW Dalam Posisi Datar Bawah Tangan (PA) Dengan Benar dan Berhasil baik

Peserta dapat mengelas sambungan tumpul kampuh V pada pelat alumunium menggunakan las GTAW dalam posisi datar bawah tangan (PA) dengan benar dan berhasil baik.

Benda Kerja
􀃖 Bahan : 2 (dua) potong pelat mild steel 6 x 100 x 200 mm.
Elektroda AWS-ER 70S-6 􀁉 2,4 mm.

Peralatan
􀃖 Perangkat las busur gas – GTAW lengkap
􀃖 Perlengkapan keselamatan kerja

Langkah kerja
􀃖 Meluruskan benda kerja
􀃖 Menyipkan kampuh
􀃖 Mengikat kedua pelat yang disambung dengan las ikat
􀃖 Setting posisi benda kerja
􀃖 Mengelas sambungan tumpul, kampuh – V
􀃖 Membersihkan, merapikan dan menandai hasil lasan.

Cara Kerja
􀃖 Menyiapkan kampuh V dengan cara mengikir sisi sisi yang akan disambung dengan ketentuan  sebagai berikut :
Menyiapkan kampuh V dengan cara mengikir sisi sisi

1. Pengikiran kampuh dengan sudut 25o dan menyisakan sisi kampuh untuk “root face” setinggi 1 mm.
􀃖 Mengikat kedua pelat yang akan disambung pada kedua ujung kampuhnya dari sisi balik.
Mengikat kedua pelat

􀃖 Pengelasan benda kerja dilakukan seperti pada pengelasan sebelumnya (rigirigi dan kampuh I).
Pengelasan benda kerja kampuh V

Pengelasan benda kerja kampuh V


Rangkuman
􀂙 Pengelasan dilakukan beberapa lapis, mulai lapis pertama / akar, lapis kedua pengisian dan lapis terakhir penutup / capping
􀂙 Lakukan pengelasan sesuai dengan prosedur yang benar.
􀂙 Gunakan peralatan keselamatan dan kesehatan kerja dengan benar.

Tugas
Lakukan latihan pengelasan kampuh “V” dengan las GTAW berulang ulang sampai bisa. Kemudian buat laporan portopolio dari proses tersebut

Tes Formatif
1. Jelaskan spesifikasi dari elektroda Tungsten untuk mengelas pelat baja lunak (mild steel) tebal 6mm dengan bentuk sambungan V pada posisi bawah tangan !
2. Apa saja yang menyebabkan akar las tidak terjadi penembusan pada sambungan V ?
3. Menurut kalian bagaimana cara mendapatkan hasil yang baik untuk mengelas pelat baja lunak dengan sambungan V pada posisi bawah tangan !

Teknik Pengelasan Sambungan T Dalam Posisi Datar Bawah Tangan (PA) Dengan Benar dan Berhasil Baik Las GTAW

Tujuan Pembelajaran
Peserta dapat mengelas sambungan T dalam posisi datar bawah tangan (PA) dengan benar dan berhasil baik.
Sambungan T merupakan jenis sambungan yang paling sering dijumpai pada suatu konstruksi baja. Setiap pertemuan dari percabangan suatu pipa maupun pelat akan membentuk suatu sambungan T atau Fillet Joint.

Benda Kerja
􀃖 Bahan : Pelat mild steel 2 x 50 x 200 mm = 2 potong.
Bahan tambah AWS-ER 70S-6 􀁉 2,4 mm.

Peralatan
􀃖 Perangkat las busur gas – GTAW lengkap
􀃖 Alat bantu posisi (Kanal U)
􀃖 Perlengkapan keselamatan kerja

Langkah kerja
􀃖 Meluruskan benda kerja
􀃖 Mengikat benda kerja dengan las ikat
􀃖 Setting posisi benda kerja
􀃖 Mengelas kampuh – T
􀃖 Merapikan dan menandai hasil lasan.
Membuat Benda Kerja Kampuh T


Cara Kerja
Untuk menjaga supaya kedua pelat jangan sampai bergeser dari posisi yang telah ditetapkan maka kedua pelat diikat dengan las ikat pada kedua ujung sambungan.

Mengelas Benda Kerja
Kedua pelat yang telah di las ikat harus saling merapat tidak tembus cahaya.
Mengelas Benda Kerja Kampuh T

Posisikan benda kerja sedemikian rupa, sehingga kampuh menghadap keatas atau kedudukan pada posisi datar bawah tangan
Menyalakan busur las pada awal kampuh, kemudian masukan kawal las setelah permukaan benda kerja mulai mencair.
Jalankan pembakar kearah maju mengikuti kawat las yang digerakkan maju-mundur menuju kawat las.

Petunjuk
Dalam pengelasan sambungan T ini ada dua pelat yang tegak lurus. Pertemuan ini disebut pertemuan T

Kampuh T
simbol kampuh T

Kampuh dari hasil pengelasan sambungan T ini disebut sambungan T, kampuh T ditunjukkan dengan symbol seperti gambar disamping. Cairan las yang terjadi setelah pendinginan akan menyambung pelat dengan membentuk kampuh sambungan T.
benda kerja kampuh t


Persiapan
Bahan :
2 (dua) potong pelat pelat mild steel 2 x 50 x 200 mm
Bahan tambah AWS-ER 70S-6 Ø 2,4 mm.

Petunjuk
􀃖 Posisi pembakar membagi sudut kampuh menjadi dua sama besar
􀃖 Ujung elektroda tidak boleh menyentuh benda kerja atau kawat las.
Teknik Pengelasan Sambungan T Dalam Posisi Datar Bawah Tangan  (PA) Dengan Benar dan Berhasil Baik Las GTAW


Rangkuman
􀂙 Pergunakan prosedur pengelasan yang benar.
􀂙 Gunakan peralatan keselamatan kerja.
􀂙 Untuk pengelasan sambungan T lakukan tack weld dengan kuat agar tidak berubah karena pengaruh panas.

Tugas
Lakukan latihan pengelasan kampuh “T” dengan las GTAW berulang ulang sampai bisa. Kemudian buat laporan dari kegiatan tersebut dengan format yang sudah disediakan di lembar kerja peserta didik.

Tes Formatif
1. Gambarkan posisi torch saat mengelas sambungan T pada posisi bawah tangan !
2. Apa yang terjadi jika sudut torch tidak tepat pada posisi ditengah-tengah sambungan T ?
3. Jelaskan apa yang terjadi jika jarak busur las terlalu jauh dari benda kerja

Thursday, October 15, 2020

Teknik Pengelasan GTAW Pada Posisi Bawah Tangan "Membuat Rigi-Rigi las GTAW"

Teknik pengelasan GTAW pada posisi di bawah tangan merupakan praktek tahap awal dari pengelasan GTAW. Dalam kegiatan belajar ini peserta didik berlatih membuat :
1. Rigi-rigi las GTAW pada bahan pelat baja.
2. Sambungan T pada pelat baja.
3. Sambungan I pada pelat baja.
4. Sambungan V pada pelat baja.

Kegiatan belajar ini harus dilakukan secara terurut dan tuntas, yaitu dilakukan mulai membuat rigi-rigi las sampai yang terakhir membuat sambungan V.
Capaian kompetensi dasar ini menuntut peserta didik mempelajarinya sebanyak 10 (sepuluh) kegiatan belajar. 

Membuat Rigi-Rigi las GTAW
Peserta dapat membuat rigi-rigi las dalam posisi datar dibawah tangan (PA) dengan benar dan berhasil baik.

Bahan :
􀂟 Pelat mild steel 2 x 100 x 200 mm
􀂟 Elektroda wolfram murni 􀁉 1,6 mm
􀂟 Elektroda AWS-ER 70S-6 􀁉 2,4 mm

Peralatan :
􀂾 Perlengkapan las GTAW
􀂾 Sikat baja / stainless stell
􀂾 Sarung tangan
􀂾 Apron
􀂾 Helm las
􀂾 Tang panas
􀂾 Mistar baja
􀂾 Penitik

Keselamatan Kerja :
􀂾 Sebelum mengelas perhatikan lingkungan kerja, jauhkan / amankan benda-benda yang mudah terbakar.
􀂾 Kenakan perlengkapan keselamatan kerja yang sesuai selama pengelasan GTAW.
􀂾 Jangan ada kulit / bagian tubuh yang terkena langsung cahaya busur las GTAW.
􀂾 Jangan memukulkan / menjatuhkan pembakar las GTAW karena dapat memecahkan nosel keramiknya.
􀂾 Pisahkan tempatnya, antara benda panas dan benda dingin.

Langkah Kerja
1. Memberi tanda jalur las pada benda kerja yang akan dikerjakan.
2. Menyiapkan / seting perangkat las GTAW
3. Menyalakan busur las
4. Membuat rigi-rigi las
5. Latihan dilanjutkan sampai menghasilkan jalur las yang baik

Cara Kerja :
Menyalakan busur las, terlebih dahulu tempelkan ujung elektroda wolfram pada tempat penyalaan las, condongkan pembakar sampai tepi nosel duduk di benda kerja dan ujung elektroda terangkat dari benda kerja pada jarak 1-2 mm.
Tutupkan kaca pelindung muka dan hidupkan busur las. Dengan pelan arahkan pembakar pada posisi pengelasan yang benar.
Menyalakan busur las


Mengelas Rigi-rigi
Setelah dapat mempertahankan busur las tetap hidup maka pembakar las harus diposisikan pada posisi pengelasan yaitu sudut kemiringan terhadap benda kerja adalah 75 – 85o dan panjang busur 􀁲 2 mm.
Kawat las dijalankan dari arah berlawanan dengan sudut kemiringan 10 – 30o dengan jarak maju-mundur menuju kawah las (lihat gambar)
Mengelas Rigi-rigi


Menghentikan pengelasan
Pada setiap pengelasan, setelah mematikan busur las, pembakar las harus tetap pada tempatnya untuk beberapa detik supaya gas pelindung yang masih mengalir melindungi ujung alur las yang masih mencair hingga membeku.
Dengan demikian cacat las pada ujung lasan karena oksidasi dapat dihindari.

Petunjuk :
Ujung elektroda harus digerinda tirus. Seperti ketentuan
Ujung elektroda harus digerinda tirus

􀂾 Untuk pengelasan dengan arus AC bolakbalik menggunakan elektroda wolfram murni, yang dalam perdagangan diberi tanda warna hijau. Sedangkan untuk arus DC menggunakan tungsten paduan dengan kode warna warna merah
elektroda wolfram murni

􀂾 Selama pemakaian dilarang menggerinda bagian yang berkode warna merah karena bisa mengaburkan identitas elektroda.

benda kerja las GTAW

benda kerja las GTAW

Persiapan
􀂟 Bahan : Pelat mild steel 2 x 100 x 200 mm
􀂟 Alat-alat : Perangkat las GTAW

Petunjuk
􀂾 Dalam proses pengelasan ujung elektroda wolfram jangan sampai menyentuh benda kerja atau ujung kawat las, karena hal ini akan menimbulkan masalah pada proses pengelasan selanjutnya.
Jika sudah terjadi yang demikian, maka pengelasan dihentikan dahulu dan memperbaiki ujung elektroda.
􀂾 Gas pelindung harus disetel cukup, tidak boleh kurang dan tidak boleh berlebihan.
Untuk tebal pelat baja karbon 2 mm diperlukan 􀁲 5 􀀢 / menit.
Gerakan torch selama pengelasan
Gerakan torch selama pengelasan

Gerakan torch selama pengelasan


Rangkuman
􀂙 Pengelasan mild steel elektroda yang digunakan adalah tungsten paduan, kode warnanya adalah Merah.
􀂙 Persiapan ujung elektroda digerinda runcing dengan arah penggerindaan memanjang.
􀂙 Setiap kali ujung elektroda Tungsten menyentuh kawah las, maka pengelasan harus berhenti dan elektroda harus diasah.
􀂙 Untuk mendapatkan hasil maksimal, langkah torch dan umpan bahan tambah, serta jarak busur las harus stabil.

Tugas
Lakukan latihan pengelasan rigi – rigi dengan las GTAW berulang ulang selama dua kali kegiatan belajar ! Kemudian buatlah laporan dari kegiatan tersebut dengan bentuk format laporan seperti yang tertulis pada lembar kerja peserta didik !

Tes Formatif
1. Gambarkan bagaimana posisi torch dan bahan tambah saat proses pengelasan !
2. Apa yang terjadi pada busur las jika ujung elektroda Tungsten menyentuh kawah las ?
3. Apa yang terjadi jika langkah torch, umpan bahan tambah dan jarak busur tidak stabil ?