Sejarah Las

Perkembangan proses pengelasan mulai dikenal pada awal abad ke 20. Sebagai sumber panas digunakan api yang berasal dari pembakaran gas Acetylena yang kemudian dikenal sebagai las karbit. Waktu itu sudah dikembangkan las listrik namun masih langka.

Pembekalan Dunia Industri

Acara ini membahas mengenai bagaimana lulusan SMK menghadapi dunia industri, dengan beberapa tantangan-tangangan yang harus dihadapi, mulai dari persaingan dari para SMK lainnya, persaingan kerja dengan dunia perguruan tinggi serta persaingan yang sudah berlangsung pada awal tahun depan (tahun 2016) yaitu MEA (Masyarakat Ekonomi Asean)..

Program Pendidikan Vokasi Industri

Sebagai wujud pelaksanaan tugas tersebut, Kemenperin telah menyusun program pembinaan dan pengembangan yang link and match antara SMK dan industri, dengan sasaran sampai tahun 2019 sebanyak 1.775 SMK meliputi 845.000 siswa untuk dikerjasamakan kepada 355 perusahaan industri

Lakukan Hal Ini Sebelum Ujian Nasional, Pasti Bakal Sukses!!!

Apakah kamu juga sudah siap menghadapi Ujian Nasional yang sebentar lagi akan berlangsung? Jika pada Ujian Nasional 2019 lalu banyak sekali siswa yang mengeluh merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal Ujian Nasional, terutama matematika. Mereka merasa soal Ujian Nasional yang mereka hadapi tidak sama dengan materi yang diajarkan di sekolah

Monday, September 21, 2020

Cara Jitu Mengelas Posisi Vertikal Cepat Bisa...

Dalam proses pengelasan biasanya terdapat posisi benda atau produk yang tidak bisa kita ubah, sehingga kita harus mengelas dalam posisi tertentu seperti posisi 1G, 2G, 3G, 4G atau 1F, 2F, 3F 4F. Dari beberapa posisi tersebut tingkat kesulitan mengelas paling tinggi adalah 4G atau 4F, sedangkan paling mudah adalah posisi 1G dan 1F.

Meskipun begitu, dalam sertifikasi welder yang paling umum diambil adalah posisi 3G atau pengelasan Vertikal. Karena menurut ASME, jika orang sudah tersertifikasi mengelas dengan posisi 3 atau Vertikal maka welder tersebut sudah otomatis terkualifikasi posisi pengelasan 1 dan 2.

Mengelas posisi Vertikal memang lebih mudah dibandingkan yang overhead atau di atas kepala, hal tersebut yang membuat banyak orang lebih cenderung uji kompetensi untuk posisi vertical. Bagi Anda yang ingin mengetahui tips cara mengelas posisi vertikal.

1. Persiapan Material.
Persiapan Material.

Hasil las yang bagus dipengaruhi oleh persiapan material yang benar, seperti material tidak ada pengotor (karat, oli, minyak, air dan jenis pengotor lainnya). Sehingga Anda perlu membersihkan permukaan logam yang akan dilas dari pengotor tersebut, jika tidak maka akan menyebabkan terjadinya cacat las saat proses pengelasan berlangsung.

2. Persiapan sambungan las.
Cara Jitu Mengelas Posisi Vertikal Cepat Bisa...



Jika kita mengelas 2 material pastikan permukaan kedua material yang akan dilas lurus, karena jika tidak dapat membuat hasil lasan kurang maksimal. Jika material tersebut tebal, buat sebuah kampuh las dengan sudut 60 derajat, root face 2-3 dan root gap 2-3. Ukuran tersebut bisa menyesuaikan dengan kemampuan welder. Karena setiap welder memiliki kemampuan yang berbeda beda.

3. Setting Parameter Pengelasan.
Parameter PengelasanParameter pengelasan yang meliputi arus, voltase, kecepatan dan polaritas merupakan hal yang penting untuk mendapatkan hasil lasan yang bagus. Untuk arus las pada pengelasan root Anda dapat menggunakan arus sebesar 50-70 A, sedangkan untuk pengisian sebesar 80-120, untuk cap atau mahkota las 80-110 atau lebih kecil dari pengisihan hal ini bertujuan untuk mengurangi terjadinya cacat las undercut.

Kecepatan las jika kita mengelas manual biasanya tergantung arus yang kita gunakan, jika Anda mengelas dengan arus seperti di atas maka kecepatannya adalah 50-80 mm/menit untuk akar las dan 90-130 mm/menit untuk pengisian dan cap.

Untuk Polaritas pada pengelasan root Anda dapat menggunakan Polaritas DCEN, sedangkan untuk pengisian dan cap Anda dapat menggunakan polaritas DCEP.

4. Pemilihan Elektroda yang tepat.
Salah satu faktor utama dalam proses pengelasan yang baik adalah elektroda yang sesuai. Jika Anda mengelas baja karbon dengan posisi 3G, maka pada root disarankan menggunakan kawat las E 7016 sedangkan pada pengisihan dan finishing Anda menggunakan E 7018, untuk pengertian kode kawat las Anda dapat melihat di kode kawat las.

5. Persiapan Elektroda.
Cara Jitu Mengelas Posisi Vertikal Cepat Bisa...

Jika Elektroda sudah dipilih dan sesuai dengan material yang akan dilas, maka periksa bungkus elektroda tersebut. Jika direkomendasikan untuk dioven atau dikeringkan pada temperatur tertentu maka Anda wajib mengovennya sesuai saran agar tidak terjadi cacat las.

6. Persiapan pengelasan.
Pastikan material diclaim dengan rapat dan tidak akan jatuh saat proses pengelasan berlangsung dan juga pastikan Anda menggunakan perlatan las dengan benar.

7. Proses Pengelasan.
Cara Jitu Mengelas Posisi Vertikal Cepat Bisa...

Saat mengelas sudut Elektroda 70-80 derajat condong kebawah, hal ini bertujuan agar busur tetap di atas elektroda atau tidak jatuh sebelum menjadi solid. Lakukan ayunan bisa dengan model zig zag atau seperti huruf U.

Busur las jangan terlalu jauh agar penetrasi yang dihasilkan maksimal dan percikan las juga tidak terlalu banyak, tetapi jangan terlalu dekat juga karena dapat menyebabkan busur las mati dan elektroda akan nempel ke benda kerja.

Setiap kali selesai 1 elektroda, bersikan seluruh permukaan las dan pada bagian ujung buat lebih landai dengan menggunakan gerinda. Hal ini bertujuan agar saat penyambungan hasilnya tidak terlalu tinggi.

Pembersihan setiap kali ganti elektroda wajib dilakukan agar tidak ada slag yang tertinggal, kalau terdapat slag maka saat dilas slag tersebut akan tertimbun dan akan terjadi cacat las berupa slag inclusion.

Jangan mulai proses pengelasan dari samping/dari material yang disambung, mulai peyambungan pada daerah logam las yang terakhir atau pada bagian ujung. Karena jika kita mengelas dari samping maka itu termasuk cacat las yang tidak diperbolehkan.

8. Setelah Pengelasan.
Cara Jitu Mengelas Posisi Vertikal Cepat Bisa...

Setelah proses pengelasan selesai, bersihkan percikan las dan slag (terak las) yang berada di permukaan logam lasan atau permukaan material. Karena spatter tersebut akan termasuk cacat pengelasan jika tidak dibersihkan.

Cara mengelas Vertikal di atas dapat diaplikasikan untuk pengelasan Butt Joint 3G maupun T Joint 3F. Yang membedakannya adalah persiapan sambungannya, untuk Anda yang belum mengetahui tentang sambungan dan posisi pengelasan silahkan lihat di jenis sambungan pengelasan. 


Cara Mengatur Arus Las Listrik yang Benar Sehingga Hasil Maksimal

Amper las merupakan salah satu parameter utama dalam pengelasan listrik. Jika kita mengetahui cara mengatur amper las dengan baik maka hal tersebut dapat mempermudah kita dalam mengelas dan mendapatkan hasil lasan yang baik.

Untuk mendapatkan hasil lasan yang bagus dan terbebas dari cacat las maka Anda harus memperhatikan parameter las seperti ampere, voltase, kecepatan pengelasan, jenis elektroda atau filler metal, perlakuan panas terhadap material dan tidak kalah penting adalah tukang las yang sudah kompeten.

Pada kesempatan ini  akan berbagi dengan Anda tentang cara mengatur arus las dalam proses las listrik yang didapatkan dari pelatihan dan berbagai infomasi lainnya.

Cara Mengatur Arus Las Listrik yang Benar Sehingga Hasil Maksimal

Cara Mengatur Arus Las Listrik yang Benar:

1. Pengaturan Ampere sesuai dengan Diameter Elektroda.
Ukuran Kawat Las dan AmpereUkuran diameter elektroda mempunyai pengaruh penting terhadap besar arus las listrik yang tepat untuk digunakan. Semakin kecil diameter elektroda yang digunakan, maka ampere yang digunakan juga semakin kecil. Sebaliknya jika dimeter kawat las yang dipakai semakin besar, maka arus yang digunakan juga semakin besar. Untuk pemilihan diameter kawat las dan besar arus yang dipakai Anda dapat melihat table di atas.

2. Kecepatan Las.
Cara Setting ampere las selanjutnya berdasarkan kecepatan pengelasan atau sering dikenal dengan travel speed. Jika Anda cenderung mengelas dengan kecepatan yang tinggi, maka arus yang digunakan juga harus lebih tinggi. Hal tersebut dikarenakan ampere yang tinggi berpengaruh terhadap kecepatan busur yang mencair, semakin tinggi ampere yang digunakan maka elektroda juga akan mencair semakin cepat dan sebaliknya jika arus yang dipakai rendah, maka elektroda mencairnya lebih pelan.

3. Tebal Material.
Tebal material yang akan dilas ini menjadi salah satu pertimbangan dalam pemilihan besar arus yang digunakan. Jika Anda mengelas pelat tipis (1-5 mm) maka arus yang direkomendasikan sebesar kurang dari 65 A. Sedangkan untuk pelat tebal arus yang direkomendasikan lebih dari 65 A, hal tersebut akan berpengaruh pada masukan panas dan penetrasi hasil lasan. Karena pada pelat tebal diperlukan penetrasi yang cukup. Anda dapat melakukan percobaan terlebih dahulu untuk mendapatkan ampere yang tepat.

4. Menggunakan Arus Sesuai Rekomendasi Produsen Elektroda.
Setiap produsen elektroda mempunyai rekomendasi ukuran arus yang dapat digunakan saat mengelas. Data ini dapat Anda lihat pada bagian bungkus elektroda dan sertifikat elektroda. Pada tabel tersebut ada arus yang dapat Anda gunakan dan dapat Anda sesuaikan dengan kriteria Anda.

5. Suara Saat Proses Pengelasan.
Bagi Anda yang sudah familiar atau sering mendengar suara las, Anda pasti mengetahui suara pengelasan yang arusnya sudah tepat atau belum. Jika masih belum familiar, tanda ampere terlalu besar itu suaranya lebih keras dan busur yang meleleh lebih cepat. Sedangkan jika ampere terlalu kecil suara cenderung lebih pelan dan elektroda yang meleleh juga juga lebih kecil serta saat awal pengelasan lebih sulit, itu terlihat dari pertama kali melakukan pengelasan elektroda mudah menempel pada logam kerja dan busur las mati. Untuk suara pengelasan yang penggunaan ampere sudah tepat adalah suaranya terdengar halus dan stabil.

6. Hasil Pengelasan.
Setelah kita selesai mengelas maka kita dapat memeriksa hasil lasan kita sudah sesuai dengan syarat keberterimaan atau belum. Begitu juga dengan arus yang kita gunakan, sudah tepat atau belum dapat kita periksa setelah proses pengelasan selesai.

Jika hasil lasan bentuknya lebar, tipis dan banyak spatter (percikan las) maka hal tersebut terindikasi arus yang digunakan terlalu besar. Jika hasil lasan tebal dan tidak terlalu lebar maka itu adalah ciri ciri arus pengelasan yang terlalu rendah.

Cara Setting Ampere pada mesin las:
Ubah alat yang digunakan untuk merubah besar arus pada mesin las sesuai dengan yang Anda inginkan atau sesuai dengan prosedur las. Pada mesin las penunjuk arus biasanya dalam bentuk digital dan analog, untuk merubahnya Anda tinggal memutar searah jarum jam atau berlawanan. Untuk menaikkan Arus Anda dapat memutarnya searah jarum jam sedangkan untuk menurunkan putar berlawanan dengan jarum jam.

Cara mengatur arus las listrik beserta tipsnya di atas dapat diaplikasikan pada semua jenis mesin las listrik, namun kriteria dan besar ampere setiap proses las mempunyai karakter yang berbeda beda. Sehingga Anda perlu melihat manual book dari mesin tersebut untuk mendapatkan hasil yang tepat, semoga bermanfaat dan jika ada pertanyaan silahkan masukkan kedalam kolom komentar.


Sunday, September 20, 2020

Parameter Teknik Pengelasan Yang Perlu Dilakukan Pada Posisi Dibawah Tangan

Teknik mengelas yang diterapkan dalam proses pengelasan dapat dilakukan dengan mengikuti aturan atau ketentuan yang umum berlaku pada pengelasan. Skema proses pengelasan memperlihatkan bahwa beberapa parameter untuk pengelasan yang dilakukan pada posisi dibawah tangan meliputi:

1.Arah pengelasan
Parameter Teknik Pengelasan Yang Perlu Dilakukan Pada Posisi Dibawah Tangan

Arah pengelasan yang dimaksud adalah arah pergerakkan elektroda pada saat memulai proses pengelasan.Arah pengelasan ini sangat tergantung pada juru las dan konstruksi sambungan las.Arah pengelasan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yakni: arah pengelasan dari kiri ke kanan,hal ini digunakan untuk juru las yang dominan menggunakan tangan kanan (seperti orang menulis),sedangkan yang menggunakan tangan kiri secara dominan maka arah pengelasannya dapat di balik dari kanan kekiri. Arah pengelasan maju.

2.Gerakan elektroda yang digunakan
Gerakan elektroda berupa ayunan elektroda pada saat mengelas, dimana ayunan elektroda ini dapat digerakkan secara lurus,setengah lingkaran,zig-zag,lingkaran penuh,segitiga, ayunan angka delapan, dan segi empat.Ayunan elektroda ini akan terlihat pada manik-manik logam lasan yang terbentuk.
Parameter Teknik Pengelasan Yang Perlu Dilakukan Pada Posisi Dibawah Tangan


3.Sudut antara elektroda dengan benda kerja arah memanjang
Sudut antara elektroda dengan benda kerja arah memanjang Sudut elektroda yang terbentuk pada arah gerakkan elektroda membentuk sudut dengan kisaran 70º – 80º. Sewaktu terjadinya proses pengelasan sudut,pengelasan ini harus dijaga tetap konstan
Parameter Teknik Pengelasan Yang Perlu Dilakukan Pada Posisi Dibawah Tangan


4.Sudut antara elektroda dengan benda kerja arah melintang
Parameter Teknik Pengelasan Yang Perlu Dilakukan Pada Posisi Dibawah Tangan

Sudut antara elektroda dengan benda kerja arah melintang Sudut antara elektroda dan benda kerja yang di las pada arah melintang ini membentuk sudut 90º.Pembentukan sudut ini juga harus dijaga tetap konstan.

5.Jarak elektroda ke benda kerja
Jarak elektroda ke benda kerja yang baik mendekati besarnya diameter elektroda yang digunakan.Misalnya digunakan elektroda dengan besarnya diameter intinya adalah 3,2 mm, maka jarak elektroda ke bahan dasar logam lasan mendekati 3,2 mm.Pada proses pengelasan ini diharapkan jarak elektroda ke benda kerja ini relative konstan.

6.Jarak/gap antara benda kerja yang akan disambung
Parameter Teknik Pengelasan Yang Perlu Dilakukan Pada Posisi Dibawah Tangan

Jarak antara benda kerja yang baik adalah sebesar diameter kawat las yang digunakan. Alasan memberikan celah atau jarak ini bertujuan untuk menghasilkan penetrasi pengelasan yang lebih baik sampai mencapai sisi bagian dalam logam yang di las.

7.Kecepatan pengelasan
Kecepatan pengelasan merupakan parameter yang sangat penting dalam menghasilkan kualitas sambungan yang memenuhi standar pengelasan.Kecepatan pengelasan harus konstan mulai dari saat pengelasan sampai pada penyelesaian pengelasan. Jika yang mengelas robot maka kecepatan pengelasan ini dapat diatur dengan mudah.Tetapi jika konstruksi pengelasan menggunakan las busur nyala listrik dengan menggunakan elektroda terbungkus sebagai bahan tambahnya maka proses ini tidak dapat dilakukan pengelasan secara otomatis. Pengelasan secara manual ini membutuhkan latihan yang terus menerus,sehingga seorang juru las harus dapat mensinergikan antara kecepatan pengelasan dengan pencairan elektroda yang terjadi.Pencairan elektroda ini menyebabkan elektroda lama-kelamaan menjadi habis atau bertambah pendek, maka juru las harus dapat menyesuaikan antara kecepatan jalanya elektroda mengikuti kampuh pengelasan dengan turunnya pergerakan tang elektroda. Dipastikan pada proses ini jarak antara elektroda ke logam lasan juga tetap konstan atau stabil.

8.Penetrasi pengelasan
Penetrasi adalah penembusan logam lasan mencapai kedalaman pada bahan dasar logam yang di las.Penetrasi ini juga merupakan pencairan antara elektroda dengan bahan dasar dari tepi bagian atas sampai menembus pelat pada kedalaman tertentu.Penetrasi yang memenuhi

standar harus dapat mencapai pada seluruh ketebalan plat yang di las.Untuk juru las tingkat dasar hal ini sulit dicapai tetapi apabila dilatih secara terus menerus maka standar penetrasi ini akan dapat dicapai.

Demikian penjelasan yang harus diperhatikan untuk beberapa parameter  pengelasan yang dilakukan pada posisi dibawah tangan, semoga bermanfaat


Piercing (Forging) Dan Aplikasinya Pada Uji Kekerasan Material.

Piercing (Forging)

Piercing adalah proses mengindentasi permukaan benda kerja dengan menggunakan punch dalam rangka untuk membuat sebuah rongga pada benda kerja (mengindentasi: membuat lekukan atau cekungan). Pada proses ini benda kerja bisa ditahan (dibatasi) di dalam sebuah wadah (cetakan) atau bisa juga tidak ditahan. Perubahan bentuk yang terjadi pada benda kerja tergantung pada berapa banyak tahanan atau batasan diberikan.

Piercing (Forging) Dan Aplikasinya  Pada Uji Kekerasan Material.

Gaya merupakan salah satu faktor penting dalam piercing. Beberapa hal yang memengaruhi gaya piercing antara lain: luas penampang punch, bentuk dari ujung punch, kekuatan material, dan besarnya gesekan pada permukaan luncur. Besar tekanan pada piercing bisa berkisar antara tiga hingga lima kali kekuatan material. Besar tekanan tersebut rata-rata mendekati tingkat tegangan yang diperlukan untuk membuat sebuah lekukan pada uji kekerasan material.


Aplikasi Piercing

Salah satu aplikasi piercing dapat dijumpai pada pembuatan lubang segienam di kepala baut tanam. Selain itu, piercing juga dilakukan untuk membuat lubang pada produk-produk tempa.


Saturday, September 19, 2020

Cara Tepat Untuk Mencegah Kebakaran dan Ledakan pada Proses Pengelasan

Pengelasan merupakan proses penyambungan logam. Penyambungan dilakukan dengan mencairkan logam induk dan bahan tambah. Hal tersebut menghasilkan logam cair dan percikan logam panas yang bisa menyebabkan kebakaran.

Cara Tepat Untuk Mencegah Kebakaran dan Ledakan pada Proses Pengelasan

Berikut beberapa hal yang harus dilaksanakan untuk mencegah kebakaran dan ledakan:

  1. Mengembangkan prosedur kerja yang tepat.
  2. Memakai alat pelindung keselamatan.
  3. Jauhkan benda yang mudah terbakar, paling tidak sejauh 11 meter. Jika tempat tidak memungkinkan, lindungi benda yang mudah terbakar dengan penutup tahan api.
  4. Jangan mengelas logam yang memiliki lapisan yang mudah terbakar.
  5. Periksa lokasi kerja dari api atau asap, sebelum meninggalkan lokasi tersebut.
  6. Pastikan logam atau slag yang masih panas tidak menyentuh benda yang mudah terbakar.
  7. Selalu sediakan alat pemadam api.
  8. Pastikan peralatan elektrik terpasang dengan benar.
  9. Jangan mengelas jika udara sekitar mengandung gas, uap, atau debu yang mudah terbakar.
  10. Jangan mengelas logam yang terkena cairan atau material lain yang mudah terbakar.
  11. Jangan mengelas pipa atau tabung yang di dalamnya masih mengandung zat yang mudah terbakar.
  12. Pastikan lokasi pengelasan memiliki sirkulasi udara yang cukup supaya gas yang mudah terbakar bisa keluar.
Itulah hal-hal yang perlu diperhatikan, semoga bermanfaat!!!

Klasifikasi Pengelasan " Fusion Welding Dan Solid State Welding"

Klasifikasi Pengelasan

Ada banyak sekali jenis pengelasan. Menurut katalog American Welding Society (AWS), ada sekitar 50 jenis pengelasan yang berbeda. Pengelasan dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

Klasifikasi Pengelasan " Fusion Welding Dan Solid State Welding"

Fusion Welding

Proses fusion welding menggunakan panas untuk mencairkan benda kerja. Pada beberapa fusion welding, bahan tambah (filler) diberikan pada cairan las untuk memfasilitasi proses pengelasan dan memberikan kekuatan pada sambungan las. Di sisi lain, ada fusion welding yang tidak menggunakan bahan tambah. Fusion welding tanpa bahan tambah tersebut dikenal sebagai las autogen (autogenous weld). Fusion welding dibagi menjadi lima kelompok.

Arc welding merupakan kelompok pengelasan di mana panas pada benda kerja disebabkan oleh sebuah energi listrik atau arc. Arc terbentuk di antara elektroda dan benda kerja. Berdasarkan elektrodanya, arc welding dibagi menjadi dua yaitu elektroda yang dikonsumsi dan elektroda yang tidak dikonsumsi. Pengelasan dengan elektroda yang dikonsumsi antara lain: shielded metal arc welding (SMAW), gas metal arc welding (GMAW), flux-cored arc welding (FCAW), electrogas welding (EGW), dan submerged arc welding (SAW). Di sisi lain, pengelasan dengan elektroda yang tidak dikonsumsi antara lain: gas tungsten arc welding (GTAW), plasma arc welding (PAW), carbon arc welding (CAW), dan stud welding (SW).

Resistance welding merupakan kelompok pengelasan yang mengalami penggabungan dengan memanfaatkan panas yang berasal dari hambatan listrik. Arus listrik dialirkan pada kedua benda kerja yang saling menempel. Proses resistance welding terdiri dari beberapa macam, yaitu: resistance spot welding (RSW), resistance seam welding (RSEW), resistance projection welding (RPW), flash welding (FW), upset welding (UW), percussion welding (PEW), dan high-frequency resistance welding (HFRW).

Oxyfuel gas welding merupakan kelompok pengelasan yang menggunakan bahan bakar gas untuk membuat nyala api. Nyala api tersebut digunakan untuk mencairkan benda kerja dan bahan tambah. Oxyfuel gas welding terdiri dari dua macam, yaitu: oxyacetylene welding (OAW) dan pressure gas welding (PGW).

Beam welding merupakan kelompok pengelasan yang menggunakan sinar untuk mencairkan benda kerja. Beam welding terdiri dari dua jenis, yaitu: electron beam welding (EBW) dan laser beam welding (LBW).

Other fusion welding processes merupakan kelompok pengelasan yang memiliki teknologi yang unik (lain dengan empat kelompok di atas). Kelompok ini terdiri dari dua jenis pengelasan, yaitu: electroslag welding (ESW) dan thermit welding (TW).


Solid State Welding

Solid state welding merupakan proses pengelasan di mana penggabungan diperoleh dari penerapan tekanan pada benda kerja atau kombinasi antara penerapan panas dan tekanan pada benda kerja. Jika panas digunakan untuk mengelas, suhu yang digunakan di bawah suhu cair logam yang akan dilas. Solid state welding tidak menggunakan bahan tambah. Pengelasan ini dibagi dalam beberapa jenis:

Diffusion welding (DFW) merupakan proses pengelasan di mana dua permukaan benda kerja saling menempel dengan tekanan tertentu pada suhu yang tinggi sehingga terjadi penggabungan.

Friction welding (FRW) merupakan proses pengelasan di mana penggabungan terjadi karena panas yang diakibatkan oleh gesekan dua permukaan benda kerja.

Friction stir welding (FSW) merupakan pengelasan menggunakan alat yang berputar (rotating tool), untuk memakan dan menghasilkan panas pada garis sambungan antara dua benda kerja sehingga membentuk sambungan las.

Ultrasonic welding (USW) merupakan proses pengelasan di mana kedua benda kerja saling menekan satu sama lain dengan tekanan yang ringan. Permukaan kedua benda kerja yang saling bertemu selanjutnya digerakkan bolak-balik sejajar dengan permukaan kontak kedua benda kerja. Gerakan bolak-balik tersebut menggunakan frekuensi ultrasonic. Kombinasi gaya normal dan getaran (gerakan bolak-balik) tersebut menghasilkan tegangan geser yang melepas lapisan tipis pada kedua permukaan benda kerja. Pelepasan tersebut menghasilkan ikatan atomic pada permukaan kedua benda kerja.

Forge welding merupakan proses pengelasan di mana dua benda kerja yang akan disambung, dipanaskan sampai suhu pengerjaan panas dan ditempa menjadi satu dengan palu.

Cold welding (CW) merupakan proses pengelasan dengan menerapkan tekanan yang tinggi antara dua permukaan benda kerja pada suhu ruang. Permukaan yang akan disambung menggunakan cold welding harus benar-benar bersih.

Roll welding (ROW) merupakan proses pengelasan di mana roll digunakan untuk menekan benda kerja supaya terjadi penggabungan. Pengelasan ini dapat menggunakan sumber panas dari luar maupun tidak.

Hot pressure welding (HPW) merupakan proses pengelasan di mana penggabungan terjadi karena penerapan panas dan tekanan. Pengelasan ini merupakan variasi dari forge welding.

Explosion welding (EXW) merupakan proses pengelasan di mana penggabungan dua permukaan benda kerja diakibatkan oleh energi dari ledakan bahan peledak.


Cara Menyimpan dan Mengamankan Tabung Gas Acetylene Yang Tepat!!!

Gas acetylene merupakan bahan bakar pada las oxyacetylene. Gas tersebut biasanya dimasukkan pada sebuah tabung berwarna merah. Karena mudah terbakar, penyimpanan dan pengamanan tabung acetylene harus diperhatikan. 

Cara Menyimpan dan Mengamankan Tabung Gas Acetylene Yang Tepat

Berikut beberapa cara menyimpan dan mengamankan tabung gas acetylene:

(1) Lindungi tabung dari sinar dan panas matahari langsung.

(2) Simpan tabung di tempat yang sejuk dan kering.

(3) Ikat tabung supaya tidak jatuh.

(4) Jauhkan benda-benda lain yang bisa jatuh menimpa tabung.

(5) Buka/lepas regulatornya bila sudah tidak digunakan, kosong, atau ingin dipindahkan.

(6) Jangan mencabut, menukar, atau merubah tanda-tanda yang tertera pada tabung.

(7) Posisikan tabung gas supaya selalu tegak, baik ketika masih berisi maupun sudah kosong.

(8) Sterilkan lokasi penyimpanan tabung dari benda-benda bergerak atau mesin.

Friday, September 18, 2020

Alat Perlindungan Diri (APD) las SMAW

Alat Perlindungan Diri adalah alat-alat yang mampu memberikan perlindungan terhadap bahaya-bahaya kecelakaan. Atau bisa juga disebut alat kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.
Alat Perlindungan Diri harus mampu melindungi pemakainya dari bahaya-bahaya kecelakaan yang mungkin ditimbulkan, oleh karena itu, APD dipilih secara hatihati agar dapat memenuhi beberapa ketentuan yang diperlukan.

Menurut ketentuan Balai Hiperkes, syarat-syarat Alat Perlindungan Diri adalah:
1. APD harus dapat memberikan perlindungan yang kuat terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.
2. Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.
3. Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.
4. Bentuknya harus cukup menarik.
5. Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang lama.
6. Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya yang dikarenakan bentuk dan bahayanya yang tidak tepat atau karena salah dalam menggunakannya.
7. Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.
8. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya.
9. Suku cadangnya harus mudah didapat guna mempermudah pemeliharaannya.

Alat Perlindungan Diri dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. APD bagian kepala meliputi:
x Alat Pelindung Kepala Bagian Atas: topi pelindung/pengaman (safety helmet).
Alat Pelindung Kepala Bagian Atas
x Alat Pelindung Muka dan Mata: safety glasses, face shields, goggles, topeng dan helm las.
Alat Pelindung Muka dan Mata
x Alat Pelindung Telinga: tutup telinga (ear muff), sumbat telinga (ear plugs)
Alat Perlindungan Diri (APD) las SMAW
x Alat Pelindung Pernafasan: masker, respirator.
Alat Perlindungan Diri (APD) las SMAW

2. APD bagian badan meliputi:
x Alat Pelindung Seluruh Badan: jas laboratorium.
Alat Perlindungan Diri (APD) las SMAW
x Alat Pelindung Badan Bagian Muka: apron.
Alat Perlindungan Diri (APD) las SMAW

3. APD bagian anggota badan meliputi:
x Alat Pelindung Tangan: sarung tangan (safety gloves).
Alat Perlindungan Diri (APD) las SMAW
x Alat Pelindung Kaki: safety shoes.
Alat Perlindungan Diri (APD) las SMAW

Kekurangan dan kelebihan Alat Perlindungan Diri.
1. Kekurangan Alat Perlindungan Diri meliputi:
o Kemampuan perlindungan yang tak sempurna, karena memakai alat pelindung diri yang kurang tepat.
o Fungsi dari Alat Pelindung Diri ini hanya untuk mengurangi akibat dari kondisi yang berpotensi menimbulkan bahaya.
o Tidak menjamin pemakainya bebas kecelakaan.
o Cara pemakaian Alat Pelindung Diri yang salah.
o Alat Pelindung Diri tak memenuhi persyaratan standar.
o Alat Pelindung Diri yang sangat sensitif terhadap perubahan tertentu.
o Alat Pelindung Diri yang mempunyai masa kerja tertentu seperti kanister, filter, dan penyerap (cartridge).
o Alat Pelindung Diri dapat menularkan penyakit bila dipakai berganti-ganti.

2. Kelebihan Alat Perlindungan Diri meliputi:
o Mengurangi resiko akibat kecelakaan.
o Melindungi seluruh/sebagian tubuh dari kecelakaan.
o Sebagai usaha terakhir apabila sistem pengendalian teknik dan administrasi tidak berfungsi dengan baik.
o Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja di tempat kerja.

Cara memilih dan merawat Alat Perlindungan Diri.
1. Cara memilih Alat Perlindungan Diri:
o Sesuai dengan jenis pekerjaan dan dalam jumlah yang memadai.
o Alat Pelindung Diri yang sesuai standar serta sesuai dengan jenis pekerjaannya harus selalu digunakan selama mengerjakan tugas tersebut atau selama berada di areal pekerjaan tersebut dilaksanakan.
o Alat Pelindung Diri tidak dibutuhkan apabila sedang berada dalam kantor, ruang istirahat, atau tempat-tempat yang tidak berhubungan dengan pekerjaannya.
o Melalui pengamatan operasi, proses, dan jenis material yang dipakai.

2. Cara merawat Alat Perlindungan Diri:
o Meletakkan Alat Pelindung Diri pada tempatnya setelah selesai digunakan.
o Melakukan pembersihan secara berkala.
o Memeriksa Alat Pelindung Diri sebelum dipakai untuk mengetahui adanya kerusakan atau tidak layak pakai.
o Memastikan Alat Pelindung Diri yang digunakan aman untuk keselamatan, jika tidak sesuai maka perlu diganti dengan yang baru.
o Dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang menyangkut cara penyimpanan, kebersihan, serta kondisinya.
o Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan alat kerja yang kualitasnya tidak sesuai persyaratan, maka alat tersebut ditarik serta tidak dibenarkan untuk dipergunakan.

Fungsi dari beberapa Alat Perlindungan Diri.
ƒ Alat Pelindung Kepala: Topi Pelindung/Pengaman (Safety Helmet), melindungi kepala dari benda keras, pukulan, dan benturan.
ƒ Alat Pelindung Muka dan Mata melindungi dari:
1. Lemparan benda-benda kecil.
2. Lemparan benda-benda panas
3. Pengaruh cahaya
ƒ Alat Pelindung Pernafasan melindungi dari:
1. Pencemaran oleh partikel (debu, kabut, asap, dan uap logam).
2. Pencemaran oleh gas atau uap.
ƒ Alat Pelindung Kaki:
1. Untuk mencegah tusukan.
2. Untuk mencegah tergelincir.
3. Tahan terhadap bahaya listrik.
ƒ Alat Pelindung Badan digunakan untuk melindungi tubuh dari benda berbahaya, misal api, asap, bakteri, zat-zat kimia, cahaya, dan sebagainya.
ƒ Tutup telinga (ear plugs) untuk bekerja di tempat dengan kebisingan melebihi 85 dB.

Rangkuman
1. Alat Perlindungan Diri harus mampu melindungi pemakainya dari bahayabahaya kecelakaan yang mungkin ditimbulkan.
2. Alat Perlindungan Diri dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: APD bagian kepala,
APD bagian badan, dan APD bagian anggota badan.
3. Alat Perlindungan Diri mempunyai kekurangan dan kelebihan.
4. Alat Perlindungan Diri harus dirawat sebaik mungkin.

Tes Formatif
1. Apa yang dimaksud dengan Alat Perlindungan Diri (APD)?
2. Sebutkan syarat-syarat Alat Perlindungan Diri!
3. Sebutkan Alat Perlindungan Diri bagian kepala!
4. Sebutkan Alat Perlindungan Diri bagian badan!
5. Sebutkan Alat Perlindungan Diri bagian anggota badan!
6. Jelaskan cara merawat Alat Perlindungan Diri!
7. Sebutkan fungsi alat pelindung muka dan mata!
8. Sebutkan fungsi alat pelindung kaki!

Thursday, September 17, 2020

Bahaya Busur Las, Asap / Gas dan Pencegahannya Las SMAW

Perlindungan terhadap pencemaran udara adalah dengan cara membuat sirkulasi udara segar yang cukup pada tempat kerja.
Dianjurkan pula untuk memakai masker pelindung pernafasan yang memenuhi syarat antara lain :
x Mempunyai daya saring yang tinggi.
x Sesuai dengan bentuk muka.
x Tidak mengganggu pernafasan.
x Tidak mengganggu pekerjaan.
x Kuat, ringan dan mudah dirawat.
pencemaran udara Las SMAW

Sifat fisik dan akibat debu dan asap terhadap paru-paru
Debu dan asap las besarnya berkisar antara 0,2 um sampai dengan 3 um, jenis debu ialah eternit dan hidrogen rendah. Butir debu atau asap dengan ukuran 0,5 um dapat terhisap, tetapi sebagian akan tersaring oleh bulu hidung dan bulu pipa pernapasan, sedang yang lebih halus akan terbawa ke dalam dan ke luar kembali.
Debu atau asap yang tertinggal dan melekat pada kantong udara di paru-paru akan menimbulkan penyakit, seperti sesak napas dan lain sebagainya. Karena itu debu dan asap las perlu mendapat perhatian khusus.

Pencegahan kecelakaan karena debu dan asap las :
1. Peredaran udara atau ventilasi harus benar-benar diatur dan diupayakan, di mana setiap kamar las dilengkapi dengan pipa pengisap debu dan asap yang penempatannya jangan melebihi tinggi rata-rata / posisi wajah ( hidung ) operator las yang bersangkutan.
2. Menggunakan kedok / helm las secara benar, yakni pada saat pengelasan berlangsung harus menutupi sampai di bawah wajah (dagu), sehingga mengurangi asap / debu ringan melewati wajah.
3. Menggunakan baju las (Apron) terbuat kulit atau asbes.
4. Menggunakan alat pernafasan pelindung debu, jika ruangannya tidak ada sirkulasi udara yang memadai ( sama sekali tidak ada udara )
Penempatan Alat Pengisap Asap Las / Debu

Rangkuman
1. Perlindungan terhadap pencemaran udara adalah dengan cara membuat sirkulasi udara segar yang cukup pada tempat kerja.
2. Dianjurkan pula untuk memakai masker pelindung pernafasan.
3. Debu atau asap yang tertinggal dan melekat pada kantong udara di paruparu akan menimbulkan penyakit, seperti sesak napas dan lain sebagainya.

Tes Formatif
1. Sebutkan macam-macam pencemaran udara yang dihasilkan oleh proses las!
2. Jelaskan syarat-syarat yang harus dipunyai oleh masker sebagai pelindung pernafasan!
3. Berapa besar debu dan asap las yang dihasilkan oleh pengelasan SMAW?
4. Apa jenis debu dan asap las yang dihasilkan oleh pengelasan SMAW?
5. Jelaskan pencegahan kecelakaan yang disebabkan oleh debu dan asap las!

Bahaya Busur Las dan Pencegahannya Las SMAW

Dari busur las terpancar cahaya yang tampak dan cahaya tak tampak, yang membahayakan juru las.
Dari panjang gelombangnya, cahaya dibedakan sebagai berikut:
busur las terpancar cahaya yang tampak

Cahaya infra merah (cahaya panas):
Sinar infra merah berasal dari busur listrik. Adanya sinar infra merah tersebut tidak segera terasa oleh mata, karena itu sinar ini lebih berbahaya, sebab tidak diketahui dan tidak terlihat.
Akibat dari sinar infra merah terhadap mata sama dengan pengaruh panas, yaitu akan terjadi pembengkakan pada kelopak mata, terjadinya penyakit kornea dan kerabunan.
Jadi jelas akibat sinar infra merah jauh lebih berbahaya dari pada cahaya tampak. Sinar infra merah selain berbahaya pada mata juga dapat menyebabkan terbakar pada kulit berulang-ulang (mula-mula merah kemudian memar dan selanjutnya terkelupas yang sangat ringan).
Cahaya tak nampak membakar jaringan kulit mata dan mengakibatkan kekaburan (rabun) mata yang berkepanjangan.

Cahaya tampak:
Benda kerja dan bahan tambah yang mencair pada las busur listrik manual mengeluarkan cahaya tampak. Semua cahaya tampak yang masuk ke mata akan diteruskan oleh lensa dan kornea mata ke retina mata. Bila cahaya ini terlalu kuat maka mata akan segera menjadi lelah dan kalau terlalu lama
mungkin menjadi sakit. Rasa lelah dan sakit pada mata sifatnya hanya sementara. Cahaya nampak yang terang dapat mengganggu mekanisasi pupil mata sehingga membutakan mata atau mengurangi daya lihat mata.

Cahaya ultra violet :
Sinar ultra violet sebenarnya adalah pancaran yang mudah terserap, tetapi sinar ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap reaksi kimia yang terjadi didalam tubuh.
Bila sinar ultra violet yang terserap oleh lensa melebihi jumlah tertentu, maka pada mata terasa seakan-akan ada benda asing didalamnya dalam waktu antara 6 sampai 12 jam, kemudian mata akan menjadi sakit selama 6 sampai 24 jam. Pada umumnya rasa sakit ini akan hilang setelah 48 jam.
Bersifat bagaikan kilatan petir, dapat mengakibatkan pembengkakan pada selaput mata dan kelopak mata, mata merah dan pedih. Disamping itu dapat membakar kulit yang tak terlindungi, mirip seperti kena sinar matahari.
Terhadap bahaya tersebut, yang paling utama harus kita lindungi adalah mata, yaitu dengan kaca filter yang sesuai atau menurut normalisasi yang ditentukan seperti contoh dibawah :
kaca filter / pelindung

Syarat – syarat kaca filter / pelindung:
x Harus mempunyai daya penerus yang tepat terhadap cahaya tampak.
x Harus mampu menahan cahaya dan sinar yang berbahaya.
x Harus mempunyai sifat – sifat yang tidak melelahkan mata.
x Harus tahan lama dan mempunyai sifat tidak mudah berubah.
x Harus memberikan rasa aman terhdap pemakai.

Pencegahan Kecelakaan karena Sinar Las :
ƒ Memakai pelindung mata dan muka ketika mengelas, yaitu kedok atau helm las.
ƒ Memakai peralatan keselamatan dan kesehatan kerja (pakaian pelindung) pakaian kerja , apron / jaket las, sarung tangan, sepatu keselamatan kerja.
ƒ Buatlah batas atau pelindung daerah pengelasan agar orang lain tidak terganggu (menggunakan kamar las yang tertutup, menggunakan tabir penghalang).

Kedok las dan helm las dilengkapi dengan kaca penyaring (filter) untuk menghilangkan dan menyaring sinar infra merah dan ultra violet. Filter dilapisi oleh kaca bening atau kaca plastik yang ditempatkan disebelah luar dan dalam, fungsinya untuk melindungi filter dari percikan-percikan las.
Kedok las dan helm las
Adapun ukuran (tingkat kegelapan) kaca penyaring tersebut berbanding lurus dengan besarnya amper pengelasan.
Berikut ini ketentuan umum perbandingan antara ukuran penyaring dan besar amper pengelasan pada proses las busur manual:
perbandingan antara ukuran penyaring dan besar amper

Rangkuman
1. Dari busur las terpancar cahaya yang tampak dan cahaya tak tampak.
2. Perlindungan terhadap cahaya busur las adalah dengan menggunakan pelindung mata dan muka ketika mengelas, yaitu topeng atau helm las, selain itu juga menggunakan alat pelindung diri seperti pakaian kerja, apron atau jaket las, sarung tangan, dan sepatu keselamatan kerja.

Tes Formatif
1. Jelaskan macam-macam cahaya dan dampak yang dihasilkan oleh busur las!
2. Mengapa cahaya tak tampak jauh lebih berbahaya daripada cahaya tampak?
3. Jelaskan penunjukkan masing-masing angka dan huruf pada normalisasi kaca filter 12 A 1 DIN!
4. Jelaskan syarat-syarat yang harus dipunyai oleh kaca pelindung (filter)!
5. Mengapa kaca penyaring (filter) harus dilapisi oleh kaca bening yang ditempatkan di sebelah luar dan dalam?