Sejarah Las

Perkembangan proses pengelasan mulai dikenal pada awal abad ke 20. Sebagai sumber panas digunakan api yang berasal dari pembakaran gas Acetylena yang kemudian dikenal sebagai las karbit. Waktu itu sudah dikembangkan las listrik namun masih langka.

Pembekalan Dunia Industri

Acara ini membahas mengenai bagaimana lulusan SMK menghadapi dunia industri, dengan beberapa tantangan-tangangan yang harus dihadapi, mulai dari persaingan dari para SMK lainnya, persaingan kerja dengan dunia perguruan tinggi serta persaingan yang sudah berlangsung pada awal tahun depan (tahun 2016) yaitu MEA (Masyarakat Ekonomi Asean)..

Program Pendidikan Vokasi Industri

Sebagai wujud pelaksanaan tugas tersebut, Kemenperin telah menyusun program pembinaan dan pengembangan yang link and match antara SMK dan industri, dengan sasaran sampai tahun 2019 sebanyak 1.775 SMK meliputi 845.000 siswa untuk dikerjasamakan kepada 355 perusahaan industri

Lakukan Hal Ini Sebelum Ujian Nasional, Pasti Bakal Sukses!!!

Apakah kamu juga sudah siap menghadapi Ujian Nasional yang sebentar lagi akan berlangsung? Jika pada Ujian Nasional 2019 lalu banyak sekali siswa yang mengeluh merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal Ujian Nasional, terutama matematika. Mereka merasa soal Ujian Nasional yang mereka hadapi tidak sama dengan materi yang diajarkan di sekolah

Monday, June 15, 2020

Klasifikasi elektroda, Simbol elektroda dan fungsinya

Klasifikasi elektroda.
Adapun lapisan pelindung tersebut diatas terdiri dari beberapa jenis yang disesuaikan dengan maksud dan cara perlindungannya yang tepat untuk berbagai jenis pengelasan.
Adapun jenis – jenis lapisan pelindung dimaksud adalah sebagai berikut :
  1. High iron oxide.
  2. High titania potasium.
  3. Iron powder, titania.
  4. High titania sodium.
  5. Low hidrogren potassium. x High cellulose sodium.
  6. High cellulose potassium.
  7. Low hydrogren sodium.
  8. Low hydrogren potassium.
  9. Iron powder, low hydrogren.

Zat kimia lapisan pelindung dimaksudkan untuk menghasilkan gas sebanyak – banyaknya sewaktu mencair karena panas busur nyala listrik, dan setelah mendingin cairan kimia tersebut membeku / mengeras menjadi sejenis terak yang disebut slag. Gas yang dihasilkan maupun terak (slag) yang terjadi tersebut dimaksudkan untuk melindungi bahan las dari pengaruh udara luar sewaktu dalam keadaan cair dan panas membara, karena hal tersebut akan dapat bereaksi dengan zat asam menjadi oksida yang praktis tidak mempunyai kekuatan mekanis sama sekali, sehingga keberadaannya di dalam sambungan las akan memperlemah sambungan tersebut. Dimana dalam berbagai penggunaan lapisan pelindung (fluk) tersebut dapat dilihat pada tabel klasifikasi elektroda.

Simbol elektroda dan fungsinya.
 Klasifikasi elektroda, Simbol elektroda dan fungsinya
Berhubung sangat banyaknya jenis-jenis elektroda yang untuk memudahkan pemilihannya / pengidentifikasiannya agar sesuai dengan bahan yang akan dilas dan cara pengelasannya, maka dibuatlah sistem simbol atau kode yang akan dapat mengidentifikasi jenis-jenis bahan lapisan pelindungnya, kekuatan mekanisnya, posisi / cara pengelasannya dan jenis arus serta polaritas listrik yang dikehendaki. Masing-masing negara industri maju menyusun simbol-simbol standar mereka masing-masing, dalam hal ini untuk keuntungan mereka sendiri, sehingga jumlah dan jenis simbol tersebut menjadi sangat banyak.
Namun demikian dengan persetujuan diantara mereka, terdapat kesamaan-kesamaan ataupun kemiripan dalam sifat mekanis maupun susunan kimianya, sehingga dapat disusun suatu daftar konversi guna alternatif pemakaian seandainya suatu pihak / pemilik menghendaki jenis elektroda buatan suatu negara tertentu. Dari masing-masing standar tersebut dijabarkan pula simbol-simbol pembuatan, selanjutnya oleh pihak–pihak pabrik membuat untuk keperluan penjualan mereka sendiri, sehingga jumlahnya makin bertambah saja, misalnya Lincoln tipe fleetweld 5P/E6010, Philips tipe C23H, dan lain-lain.
Modul ini disusun berdasarkan cara-cara dan metode yang berorientasi kepada AWS (American Welding Society), sehingga simbol-simbol yang dipakai disini berdasarkan standar AWS tersebut. Adapun daftar konversi AWS dengan Standar Indonesia dan standar-standar lainnya akan disusun dalam terbitan tersendiri.
Berikut adalah daftar simbol/kode identifikasi elektroda dan batang las berdasarkan AWS. Adapun cara pembacaan sistem identifikasi tersebut adalah sebagai berikut :
E berarti  Elektroda.
R berarti  Rod atau batang las.
B berarti  Brazing atau solder.
Cu berarti  Cuprom atau tembaga.
Si berarti  Silicon atau silisium.

Bahan las jenis hidrogen rendah (low hydrogen), seperti E 7015, E 7016, E 7018, E 7028 dan E 7048, mengandung sejumlah gas hidrogen beberapa saat setelah dilaskan. Gas hidrogen ini secara perlahan-lahan akan menghilang sebagian besar setelah 2 hingga 4 minggu pada suhu kamar, atau setelah 24 hingga 48 jam pada suhu 95q hingga 105qC. Perubahan kandungan hidrogen ini tidak akan mempengaruhi kuat batas mulur (yield strenght), kuat tarik (tensile strenght) dan kuat tumbuk (impact strenght), kecuali duktilitasnya bertambah.

Saturday, June 13, 2020

Pengetahuan dalam pemilihan elektroda

Catatan :
Temperatur diatas hanya merupakan petunjuk prosedur pengkondisian secara umum dan temperatur pengeringan elektroda yang lebih rinci dapat diperoleh dari petunjuk dan spesifikasi melalui supplier elektroda.
 Pengetahuan dalam pemilihan elektroda
Ikutilah petunjuk temperatur yang disarankan oleh pabrik pembuat elektroda tersebut, jika kurang kering maka lembab tidak akan hilang, dan jika terlalu kering dapat merubah sifat dan karakteistik pemakaian elektroda itu sendiri.
Buanglah semua elektroda yang tercemar udara lembab yang tinggi, dan jangan sekali-kali digunakan untuk mengelas material yang sensitif terhadap bahaya retak.
Pengetahuan dalam pemilihan elektroda merupakan suatu persyaratan mutlak yang harus dimiliki oleh setiap ahli las dan merupakan hal yang sangat dianjurkan bagi juru las yang baik dan berkualifikasi.
Dalam hal ini elektroda dibagi menjadi elektroda baja karbon, elektroda baja paduan dan elektroda bukan besi (non ferros). Namun elektroda berdasarkan fungsinya dalam kaitan dengan hubungan pengelasan sebagai elektroda listrik yang habis terpakai (consumable), dikarenakan adanya loncatan busur nyala listrik, yang diakibatkan adanya jarak yang sengaja dan dijaga ketetapan ukurannya antara elektroda tersebut dengan benda kerja. Elektroda ini ada yang langsung terpakai dan ada juga yang secara tidak langsung, misalnya pada las TIG / Gas Tungsten Arc Welding (GTAW). Elektroda langsung habis terpakai dipergunakan pada las busur listrik manual (Shielded Metal Arc Welding – SMAW), sedang pelindungnya dapat berupa gas yang berasal dari terbakarnya lapisan pelindung kimia (coating) elektroda tersebut atau berupa butir-butir / serbuk zat pelindung oksidasi seperti yang dipergunakan pada las busur rendam (Submerged Arc Welding – SAW).
Elektroda yang tidak langsung habis terpakai, biasanya terbuat dari logam tungsten yang tahan terhadap panas yang sangat tinggi. Elektroda jenis ini dipakai hanya untuk menghasilkan busur nyala listrik, yang nantinya dapat meleburkan logam induk dan logam tambah lainnya yang lazim disebut batang las (Welding rod). Dan sebagai alat pelindung oksidasi dipakai berbagai jenis gas pelindung seperti : Argon, Helium, Gas plasma dan lain–lain.
Untuk maksud penjelasan bahan tertentu, bahan tambah yang berupa elektroda atau batang las haruslah terbuat dari logam yang sama dengan bahan induk atau yang cocok / sesuai dengan logam dasar yang akan disambung. Di bawah ini dicantumkan sketsa 
penampang suatu proses pengelasan SMAW dan SAW, disini tampak fungsi dari lapisan dan butir / serbuk pelindung oksidasi yang berfungsi untuk melindungi cairan logam las maupun logam yang sedang panas sampai membara dari proses oksidasi.
Lapisan pelindung oksidasi sewaktu terbakar menjadi cair dan sekaligus menghasilkan gas yang cukup banyak sehingga dapat melindungi cairan las selama proses pengelasan berlangsung. Selanjutnya cairan zat lapisan pelindung tersebut ikut mencair dan mengalir ke dalam cairan las, yang dikarenakan adanya perbedaan berat jenis yang lebih kecil dari pada cairan logam, maka dari itu cairan lapisan pelindung tersebut mengapung diatas permukaan cairan las dan selanjutnya menutupi / melindungi alur las (weld head) yang terjadi setelah cairan logam las membeku. Cairan lapisan pelindung tersebut ikut membeku dan berubah menjadi lapisan kerak yang keras dan rapuh, lazim disebut slag / terak. Slag / terak tersebut bersifat mudah pecah apabila mendingin sehingga mempermudah pembuangannya setelah fungsi perlindunganya tidak diperlukan lagi.
Butir / serbuk pelindung oksidasi sebenarnya juga terbuat dari bahan kimia yang sama dengan lapisan pelindung (coating), yakni mencair dan mengapung diatas cairan logam dan bersama-sama membeku serta sekaligus menutupi alur las yang terjadi di bawah tumpukan butir-butir pelindung oksidasi yang tidak ikut mencair. Jadi seandainya karena suatu dan lain hal butir-butir tersebut terhembus pergi sewaktu alur las belum mendingin, maka dijamin tidak akan terjadi proses oksidasi pada logam las karena adanya lindungan lapisan terak / slag tersebut.

Friday, June 12, 2020

Elektroda Las Las busur listrik manual (SMAW)

Elektroda bersalutan adalah jenis elektroda yang dipakai pada proses las busur manual, terdiri dari kawat inti dan dilapisi selaput/ salutan atau fluksi. Adapun jenis kawat inti dan salutan tersebut dijadikan faktor pembeda antara satu dengan yang lainnya pada klasifikasi elektroda.
Adanya klasifikasi elektroda diperlukan karena keberagaman jenis bahan dan bentuk konstruksi yang digunakan dalam manufaktur , sehingga dengan demikian, klasifikasi elektroda akan memudahkan dalam pemilihan dan penggunaan elektroda tersebut.
Klasifikasi elekrtoda las busur manual ini mengacu pada American Welding Society (AWS) Specification, yakni Spesifikasi A5.1 untuk mild steel dan A5.5 untuk low-alloy steel yang secara umum penamaan atau kode serta penggunaannya

Pada las busur listrik manual (SMAW), elektroda yang digunakan adalah elektroda terbungkus, dimana terdiri dari batang kawat (inti) dan salutannya (flux). Kawat elektroda dan salutannya akan mencair didalam busur selama proses pengelasan dan membentuk rigi-rigi las / kampuh las.
Dimana salutan / fluks dari elektroda tersebut berfungsi sebagai pelindung, yang mana dapat melindungi cairan las dari pengaruh udara luar. Adapun salutan (flux) ini terdiri dari campuran bahan mineral dan zat kimia dan inilah yang menentukan karakter pengoperasian dan komposisi pada akhir pengelasan.
Jenis arus las yang dipakai adalah arus AC, DC + atau DC - , dan akan berubah sesuai dengan jenis elektroda yang dipergunakan dan ini diharapkan dapat memilih jenis elektroda secara berhati-hati sebelum dipergunakan untuk mengelas. Karena bila arus las yang dipergunakan sesuai dengan ukuran dan jenis dari elektrodanya, maka akan dapat menghasilkan lasan yang baik dan edial, dan bila arus las nya tidak sesuai, maka akan menyebabkan hasil lasan menjadi tidak memuaskan atau dapat dikatakan performasi dari elektroda menjadi jelek.
Elektroda tersebut perlu dan harus disimpan ditempat yang kering dengan temperatur ruangan kira-kira 40º C, agar tidak lembab karena adanya pengaruh kelembaban udara. Dan secepat mungkin ditutup kembali (dirapatkan) bila bungkus elektroda tersebut terbuka, dan juga seharusnya disimpan kembali didalam kabinet yang mempunyai sirkulasi udara yang temperaturnya dapat dikontrol antara 40º C sampai dengan 100º C dan juga tergantung dari jenis elektrodanya. Contoh, elektroda low hydrogen dengan temperatur 100ºC dan elektroda rutile dengan temperatur 40º C. Jadi dapat dikatakan bahwa penyimpanan, penanganan, dan perawatan elektroda tersebut adalah sangat penting artinya karena dapat menjaga agar salutan dari elektroda tetap dalam kondisi yang baik. Karena elektroda dapat menyerap embun / kelembaban udara bila penyimpanannya tidak benar, dan kelembaban ini berdampak hilangnya karakter elektroda dan kualitas endapan logam lasan. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya porosity pada hasil lasan dan menambah lemahnya struktur lasan yang mengakibatkan retak pada saat pemakaiannya.

Masalah-masalah yang muncul akibat salutan elektroda yang terlalu lembab yaitu :
x Sulit dalam membuang terak.
x Salutan menjadi merah terbakar terutama jenis cellulosa.
x Terjadi porosity pada logam hasil lasan.
x Nyala busur menjadi tidak stabil.
x Percikan busur las berlebihan.
x Retak pada logam las atau pada daerah pengaruh panas (HAZ).
Elektroda yang lembab dapat direkondisi dan dikeringkan kembali untuk mengurangi  kelembaban  yang  berlebihan.  Tetapi  bagaimanapun juga semua jenis elektroda memerlukan sedikit kelembaban dan bila terlalu kering juga dapat merusak elektroda tersebut dan berdampak pada performasinya.
 Elektroda Las Las busur listrik manual (SMAW)

Contoh :
x Elektroda Rutile.
Untuk memperoleh hasil pengelasan yang baik elektroda rutile perlu sedikit lembab, yang mana sudah direncanakan selama proses pembuatan, bahwa elektroda ini tidak boleh terlalu kering. Bila elektroda rutile ini menjadi lembab maka keringkan kembali pada temperatur 170º C selama 30 menit.
x Elektroda Cellulosa.
Elektroda cellulosa ini perlu sedikit lebih tinggi prosentase kelembabannya untuk memperoleh performasi yang lebih baik, bila terlalu kering, tegangan busur listrik menjadi berkurang dan akan berakibat pada karakter pengoperasiannya.
x Elektroda Low Hydrogen.
Apabila elektroda low hydrogen ini lembab, maka elektroda ini harus dikeringkan kembali pada temperatur antara 250º C sampai dengan 350º C selama 2 jam. Jangan melewati batas temperatur dan waktu maksimum yang diijinkan karena dapat menyebabkan perubahan kimia dalam salutannya yang akan berakibat perubahan secara tetap pada performasi elektroda tersebut.
x Elektroda bersalut serbuk Besi (Iron powder).
Elektroda dengan bahan tambah salutan serbuk besi, bila mengalami kelembaban, maka harus dikeringkan kembali pada temperatur 250º C selama 2 (dua) jam.



Thursday, June 11, 2020

Unjuk Kerja (Duty Cycle) Mesin Las SMAW

Semua tipe mesin las diklasifikasikan/ diukur berdasarkan besarnya arus yang dihasilkannya ( current output ) pada suatu besaran tegangan ( voltage ). Ukuran ini ditetapkan oleh fabrik pembuatnya sesuai dengan standar yang berlaku pada negara pembuat tersebut atau standar internasional, di mana standar tersebut menetapkan kemampuan maksimum mesin las untuk beroperasi secara aman dalam batas waktu tertentu.

Salah satu ukuran dari mesin las adalah persentase dari “duty cycle”.
Duty cycle adalah persentase penggunaan mesin las dalam periode 10 menit, di mana suatu mesin las dapat beroperasi dalam besaran arus tertentu secara efisien dan aman tanpa mengalami beban lebih ( overload ).

Sebagai contoh, jika suatu mesin las berkemampuan 300 Amper dengan duty cycle 60%, maka artinya mesin las tersebut dapat dioperasikan secara aman pada arus 300 Amper pengelasan selama 60% per 10 menit penggunaan ( 6/10 ).

Jika penggunaan mesin las tersebut dibawah 60% ( duty cycle diturunkan ), maka arus maksimum yang diizinkan akan naik. Dengan demikian, jika misalnya ‘duty cycle’ nya hanya 35% dan besar arusnya tetap 300 Amper, maka mesin las akan dapat dioperasikan pada 375 Amper. Hal tersebut berdasarkan perhitungan :


  • Selisih  : 60% - 35 % = 25 %


  • Peningkatan : 25/60 x 300 = 125, sehingga 60% x 125 = 75 Amper.


  • Arus maksimum yang diizinkan =  75 + 300 = 375 Amper.

Label Spesifikasi


Keterangan :

1. Jenis jaringan listrik
2. jenis sumber arus las
3. Simbol perangkat las
4. Tanda untuk jenis arus
5. Jumlah phase
6. Jumlah frekuensi
7. Harga tegangan masuk (pilitan 380 Volt dan 500 Volt)
8. Arus masuk (awal)
9. Arus masuk (kerja)

Label Spesifikasi
Data untuk pengelasan
Keterangan :

1. Simbol karakterristik sumber arus
2. Simbol jenis las
3. Jumlah phase
4. Simbol jenis arus
5. Frekuensi
6. Tegangan kosong terendah dan tertinggi
7. Daerah penyetelan
8. Data arus kerja
9. Waktu Kerja Efektif

Batas arus kerja sering disebut Hand Welding Operation (HWO) adalah menunjukkan waktu kerja efektif dari mesin las pada nilai arus tertentu.

Dari label spesifikasi dapat dilihat atau dibaca sebagai berikut :

Waktu kerja efektif didasarkan atas kerja secara terus menerus selama 5 menit. Pada nilai x = 35 % ; l2 = 250 / 210 A
Maka waktu kerja efektif = 35 % . 5 menit = 1,75 menit

Pada nilai x = 60 % ; l2 = 250 / 21 A ; U2 = 30 / 29 Volt Maka waktu kerja efektif = 60 % . 5 menit = 5 menit Artinya :
Bila x = 60 % maka lama pengelasan hanya boleh selama 3 menit , 2 menit selebihnya sebagai waktu istirahat.

Bila x = 100 % maka pengelasan boleh dilakukan secara terus menerus. Tingkat efektifitas waktu kerja dapat digunakan sebagai dasar dalam pemilihan mesin las.

Wednesday, June 10, 2020

Karakteristik Busur Las SMAW

Berdasarkan hokum Ohm kita dapat menentukan harga kuat arus, tegangan maupun tahanan. Misalnya ditentukan R = 0,2 : dan harga I bervariasi, maka E dapat dihitugn sebagai berikut :
Untuk I = 100 A o E = R.I = 0,2 . 100 = 20 Volt
Untuk I = 200 A o E = 0,2 . 200 = 40 Volt
Untuk I = 300 A o E = 0,2 . 300 = 60 Volt

Nilai hasil perhitungan tersebut dapat dituliskan pada diagram dibawah ini yang lazim disebut garis karakteristik busur las.
 garis karakteristik busur las
Sehingga pada setiap perubahan panajng las akan menimbulkan penambahan nilai, tahanan, tegangan dan kuat arus. Lihat gambar dibawah ini :
 penambahan nilai, tahanan, tegangan dan kuat arus

Karakteristik Arus Las
Pada las listrik (SMAW) arus yang digunakan adalah arus las dengan karakter menurun, lihat gambar :
 Karakteristik Arus Las
Keuntungan dari karakter arus ini adalah :
Pada busur las pendek atau panjang, maka arus lasnya hanya sedikit. Hal ini berarti bahwa energi busur las relative konstan

Sunday, June 7, 2020

Memasang dan melayani peralatan las "Melayani peralatan las busur manual"

Untuk memudahkan memahami cara mengoperasikan mesin las di bawah ini ditunjukkan macam-macam bentuk mesin las baik untuk mesin las AC maupun mesin las DC yang menggunakan generator pembangkit las Pada bagian ini hanya akan di jelaskan cara melayani peralatan las salah satu bentuk mesin las AC dan mesin las DC dengan menggunakan generator pembangkit
 Memasang dan melayani peralatan las  "Melayani peralatan las busur manual"

1. Melayani mesin las AC
Secara prinsip dari berbagai macam bentuk mesin las AC mempunyai kesamaan pada langkah pengoperasiannya dari mulai menghidupkan mesin las sampai pada pengaturan amper yang digunakan dalam pengelasan dan hanya berbeda pada cara mesin tersebut dihidupkan dan
amper mesin diatur karena ada yang menggunakan hendel atau tombol untuk menyalakan mesin serta ada yang menggunakan piringan, hendel pemutar atau salkar untuk mengatur amper mesin las, adapun langkah-langkah yang umum adalah :

  • Aturlah besarnya arus mesin las dengan memutar hendel pengatur arus, dengan memutarkannya searah jarum jam untuk menambah besar dan kearah berlawanan untuk memperkecil sebelum mesin las dihidupkan.
  • Lihat pada indicator ukuran arus las untuk memastikan besarnya arus las yang diatur yang ada pada bagian mesin las.
  • Pasangkan klem massa pada meja las dan elektroda pada penjepit elektroda untuk melakukan persiapan mengelas.
  • Nyalakan mesin las dengan memutar saklar atau hendel mesin las, salah satu tanda yang dapat dikenali apabila mesin las dalam keadaan hidup yaitu mesin las terdengar bergetar.

2. Melayani mesin las DC
Ada perbedaan yang sangat prinsip untuk melayani mesin las DC dibandingkan dengan mesin las AC, hal ini dikarenakan untuk mendapatkan arus las dilakukan dengan membangkitkan generator baik generator motor bensin maupun motor disel, pada bagain ini hanya akan dijelaskan untuk generator dengan motor yaitu :

  • Lakukanlah pengecekan terlebih dahulu terhadap ketersediaan bahan bakar apabila menggunakan generator yang digerakkan oleh motor bensin atau diesel.
  • Lakukanlah pemutaran tombol untuk menghidupkan motor dengan memperhatikan handel pemasukan gas pada motor diesel.
  • Apabila motor telah hidup lakukan penyetelan generator sehingga normal.
  • Lakukan pengaturan ampere dengan memutarkan saklar arus.
  • Pasangkan klem massa pada meja las dan elektroda pada penjepit elektroda untuk melakukan persiapan mengelas.
  • Lakukan pengelasan dengan aman.

Rangkuman
1. Pesawat las
Pesawat-pesawat las yang digunakan pada pengelasan busur manual bermacam-macam, tapi bila ditinjau dari jenis arus yang keluar dari mesin las dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Pesawat las arus bolak-balik (AC).
b. Pesawat las arus searah (DC).
c. Pesawat las AC-DC.

2. Arus listrik pada pengelasan busur manual
a. Arus searah (arus AC)
b. Arus bolak balik (arus DC)
Pada penggunaan arus searah dalam pengelasan dapat dilakukan dengan dua cara pengutuban yang akan mempengaruhi terhadap hasil lasan yang ingin didapatkan.
a. Pengkutuban langsung
Pada pengkutuban langsung, kabel elektroda dipasang pada terminal negatif dan masa pada terminal positif.
b. Pengkutuban terbalik
Untuk pengkutuban terbalik, kabel elektroda di pasang pada terminal positif dan kabel masa dipasang pada terminal negatif.

3. Kabel Las
Kabel las biasanya dibuat dari tembaga yang dipilih dan dibungkus dengan karet isolasi.

4. Pemegang elektroda (holder)
Ujung yang tidak berselaput dari elektroda dijepit dengan pemegang elektroda, pemegang elektroda terdiri dari mulut penjepit dan pegangan yang dibungkus oleh bahan penyekat.
Pada waktu berhenti atau selesai mengelas, bagian pegangan yang tidak berhubungan dengan kabel digantungkan pada gantungan dari bahan fiber atau kayu.
Sebelum melakukan pengelasan terlebih dahulu harus dipahami adalah pemasangan kabel las pada mesin las untuk jenis pengkutuban tertentu dan pemasangan kabel las pada penjepit elektroda serta klem massa, menyalakan mesin las dan mengatur arus las yang sesuai dengan tebal bahan yang dilas dan diameter elektroda yang digunakan dalam pengelasan.

1. Memasang Kabel Pada Mesin Las
a. Pemasangan kabel pada mesin las yang menggunakan penyambung socket.
b. Pemasangan kabel pada mesin las yang menggunakan baut pengikat.
c. Pemasangan kabel las pada penjepit elektroda dan klem massa
Pemasangan kabel las pada penjepit elektroda (holder) dan klem massa menggunakan terminal kabel terbuat dari pelat tembaga yang diikatkan dengan menggunakan baut pengikat atau ada jenis penjepit elektroda dengan pemasangan kabel memasukkan kabel kedalam lubang penjepit dengan menggunakan pengganjal pipa tembaga 

2. Melayani Peralatan Las Busur Manual
a. Melayani mesin las AC
Secara prinsip dari berbagai macam bentuk mesin las AC mempunyai kesamaan pada langkah pengoperasiannya dari mulai menghidupkan mesin las sampai pada pengaturan ampere.
b. Melayani mesin las DC
Ada perbedaan yang sangat prinsip untuk melayani mesin las DC dibandingkan dengan mesin las AC, hal ini dikarenakan untuk mendapatkan arus las dilakukan dengan membangkitkan generator baik generator motor bensin maupun motor.

Memasang dan melayani peralatan las "Memasang kabel pada mesin las"

Sebelum melakukan pengelasan terlebih dahulu yang harus dipahami adalah pemasangan kabel las pada mesin las untuk jenis pengkutuban tertentu dan pemasangan kabel las pada penjepit elektroda serta klem massa, menyalakan mesin las dan mengatur arus las yang sesuai dengan tebal bahan yang dilas dan diameter elektroda yang digunakan dalam pengelasan
 Memasang dan melayani peralatan las "Memasang kabel pada mesin las"

a. Memasang kabel pada mesin las
Ada beberapa bentuk mesin las yang digunakan pada pengelasan busur manual, perbedaan bentuk mesin las tergantung dari pabrik pembuat mesin las.
Dari perbedaan bentuk ini berbeda pula cara pemasangan kabel pada mesin las yaitu menggunakan socket penyambung atau ada pula yang menggunakan baut pengikat yang digunakan untuk
memasangkan kabel pada mesin las.

1. Pemasangan kabel pada mesin las yang menggunakan penyambung socket.
Untuk jenis mesin las seperti ini sangat mudah menyambungkan kabel pada mesin las yaitu dengan langkah sebagai berikut :
a. Masukkan ujung kabel pada rumah kabel lakukan penyambungan kabel dengan menggunakan kunci pas.
b. Tutup kembali sambungan kabel pada rumah kabel las dengan isolator yang telah merupakan bagian dari penyambung kabel.
c. Masukkan pen penyambung kabel pada socket yang ada pada mesin las dengan memperhatikan alur pada cocket mesin las.
d. Putar searah jarum jam untuk menetapkan kedudukan sambungan kabel terikat dengan kuat.

2. Pesangan kabel pada mesin las yang menggunakan baut pengikat.
Untuk jenis mesin las seperti perlu disiapkan kunci pemutar baut dengan ukuran sesuai dengan baut yang digunakan untuk pengikatan terminal kabel las, pemasangan kabel pada mesin las yaitu dengan langkah sebagai berikut :
a. Siapkan terminal kabel yang terbuat dari pelat tembaga untuk menjepitkan kabel las.
b. Jepitkan kabel las pada terminal kabel dengan kuat.
c. Pasangkan terminal kabel pada terminal kabel yang ada pada mesin las dengan menggunakan baut yang tersedia.
d. Ikatkan baut pengikat dengan kuat dengan menggunakan kunci pas.
e. Balut sambungan kabel dengan menggunakan isolasi khusus untuk listrik tegangan tinggi.

3. Memasang kabel las pada penjepit elektroda dan klem massa
Pemasangan kabel las pada penjepit elektroda (holder) dan klem massa menggunakan terminal kabel terbuat dari pelat tembaga yang diikatkan dengan menggunakan baut pengikat atau ada jenis penjepit elektroda kedalam lubang penjepit dengan menggunakan pengganjal pipa tembaga.
Untuk pemasangan kabel las pada penjepit elektroda dan klem massa adalah sebagai berikut :
a. Jepitkan kabel las pada terminal kabel dengan kuat.
b. Ikat terminal kabel yang telah terpasang pada kabel las dengan menggunakan baut pengikat dengan kuat.
c. Pasangkan pemegang bagian luar untuk penjepit elektroda serta pasangkan baut pengikat dengan memutar baut pengikat dengan kuat.
d. Untuk pemasangan kabel pada klem massa sebaiknya dilakukan pembalutan dengan isolasi pada bagian sambungan kabel.

Saturday, June 6, 2020

Pemegang (Holder) elektroda Las SMAW

Holder elektroda adalah bagian peralatan las busur yang dipegang oleh welder ketika mengelas.
Holder ini digunakan untuk menahan elektroda logam atau karbon. 
Lead elektroda biasanya disambung dengan holder elektroda dengan menggunakan penyambung mekanik didalam handle elektroda.
 Pemegang (Holder) elektroda Las SMAW
Handle terbuat dari bahan pelapis yang mempunyai tahanan panas tinggi dan tahanan listrik yang rendah. Holder elektroda dibuat untuk menyeimbangkan pegangan tangan welder. Ada sejumlah metode yang digunakan untuk menjepit elektroda dalam holder. Salah satunya metode adalah konstruksi pincer dan memiliki sebuah pegas untuk menghasilkan tekanan sehinnga diperoleh sambungan yang baik antara holder dan elektroda.
Daerah kontak antara elektroda dengan holder elektroda seharusya bersih. Pembersihan daerah kontak dengan menggunakan sikat kawat. Rahang holder elektroda juga harus dibersihkan dengan
menggunakan ampelas atau alat lain yang sesuai. Pada waktu melakukan pengelasan yang berat, seharusnya holder elektroda dilengkapi dengan shield (plat kecil tahan panas). Shield ini untuk
mencegah panas radiasi dari las ke tangan welder.

Friday, June 5, 2020

Konektor Lead, Cara Metode penyambungan terminal pada Lead Las SMAW

Konektor Lead
Untuk menghantarkan arus secara konsisten yang digunakan dalam pengelasan, semua bagian dalam
sirkuit pengelasan harus di desain dengan baik termasuk terminalnya.
Lead tembaga atau alumunium diikatkan pada mesin las dan benda kerja dengan terminal yang dilapisi atau yang tidak dilapisi.
 Konektor Lead
Terminal yang tidak dilapisi disebut lugs seperti ditunjukkan pada gambar disamping. Lug ini disolder atau dilekatkan secara mekanis pada Lead, seperti ditunjukkan pada gambar. Lug merupakan alat tetap untuk menempelkan kabel elektroda dan kabel benda kerja kepada mesin atau meja kerja.
Sambungan harus tahan lama dan harus memiliki tahanan rendah agar sambungan tidak mengalami overheat selama pengelasan. Arus akan mengalir tidak stabil jika sambungannya longgar.
Juga terdapat jenis sambungan untuk menghubungkan satu Lead ke Lead lain.

Metode penyambungan terminal pada Lead dengan cara sebagai berikut:
1. Mekanik
2. Penyolderan
3. Pematrian
4. Pengelasan
Penjepit alumunium digunakan pada penyambungan kabel alumunium dengan pemegang
elektroda dan dengan terminal lain.


 Penjepit alumunium
Namun lead juga dapat dipatri alumunium pada sambungan alumunium maupun sambungan
tembaga. Sebaiknya tidak melakukan penyambungan dengan cara pembengkokan, hal ini disebabkan lead cenderung memisah dari terminalnya jika disambung dengan cara pembengkokan. Sambungan
mekanik harus kuat dan bersih.
 Metode penyambungan kabel las tembaga dengan mengelas Lead
Metode penyambungan kabel las tembaga dengan mengelas Lead tembaga pada terminal atau
dengan bagian lain. Salah satu proses yang digunakan adalah metode pengelasan tembaga
dimana tidak memerlukan sumber panas luar. Oksida serbuk tembaga dan serbuk alumunium
ditempatkan di mangkok grafit kecil dan dipanaskan dengan alat pemercik api.
Oksidasi yang cepat pada serbuk menimbulkan panas yang cukup untuk mengelas Lead tembaga
dan terminal sehingga menghasilkan hasil las yang baik.
Peralatan yang diperlukan dalam penyambungan ini dan hasil Lead las ditunjukkan pada gambar disamping. Kabel dikupas lapisannya kira-kira satu inchi dari ujung yang akan disambung.
Kemudian kedua ujung kabel yang akan di sambung diletakkan pada tengah lubang penampungan, dan di kunci dengan penjepit. Bahan las dan oksidanya di bakar dengan mengunakan pemercik api selama kirakira sepuluh menit, dan akhirnya terbentuk hasil las Penyambungan yang baik pada lead benda kerja dan lead elektroda sangat penting pada mesin AC maupun DC. Lead benda kerja
biasanya diikat pada meja las memakai alat penyambung atau terminal yang dilapisi. Seringkali kabel benda kerja dikencangkan dengan artikel yang dilas, karena ukuran atau lokasinya.
Penjepit harus digunakan secara hati-hati untuk menghindari kerusakan pada permukaan logam. Juga telah tersedia terminal Lead benda kerja magnet yang mengikat dengan cepat pada bahan yang akan dilas.
Hal ini memudahkan dalam menganti posisi ground untuk memperoleh karakteristik busur yang lebih baik, dan tidak merusak atau mengganggu artikel yang dilas. Lead benda kerja baik yang disolder maupun diikat secara mekanik dengan peralatan magnet permanen ini, dan welder bisa dengan mudah memindahkan posisi pada sembarang permukaan besi.

Kabel las (Lead superfleksibel) SMAW

Kabel las, Kabel las (Lead superfleksibel) digunakan untuk menghantar arus dari mesin pengelasan ke benda kerja dan sebaliknya. Seperti terlihat pada gambar dibawah.


 Kabel las (Lead superfleksibel) SMAW
Kabel las terdiri dari Lead yang dilapisi dengan karet, kain, dan penguat lapisan fabric, seperti
ditunjukkan dalam gambar. holder elektroda dikenal sebagai Lead elektroda. Lead dari benda kerja ke
mesin dikenal sebagai Lead benda kerja. Tegangan pada Lead bervariasi antara 14 dan 80 Volt.
Lead terdiri dari beberapa ukuran, Semakin kecil nomornya, semakin besar diameter Lead. Tabel dibawah ini menunjukkan daftar ukuran dan kapasitas arus untuk Lead tembaga. Lead harus fleksibel agar bisa mereduksi regangan pada tangan welder ketika sedang mengelas, dan juga memudahkan instalasi kabel. Untuk tujuan fleksibelitas ini, digunakan 800 sampai 2500 kawat pada masingmasing kabel.Kabel listrik berdiamater sama harus digunakan pada Lead elektroda maupun Lead benda kerja. Panjang Lead mempengaruhi ukuran kapasitas mesin las.
Daya hantar arus Lead alumunium sebesar 61% dari Lead tembaga.
Untuk kapasitas arus tertentu, diameter Lead alumunium lebih besar dibandingkan Lead tembaga. Lead alumunium biasanya menggunakan alumunium murni, alumunium semi-annealed, dan  alumunium electrolytic.
 Tabel Lead SMAW