Sejarah Las

Perkembangan proses pengelasan mulai dikenal pada awal abad ke 20. Sebagai sumber panas digunakan api yang berasal dari pembakaran gas Acetylena yang kemudian dikenal sebagai las karbit. Waktu itu sudah dikembangkan las listrik namun masih langka.

Pembekalan Dunia Industri

Acara ini membahas mengenai bagaimana lulusan SMK menghadapi dunia industri, dengan beberapa tantangan-tangangan yang harus dihadapi, mulai dari persaingan dari para SMK lainnya, persaingan kerja dengan dunia perguruan tinggi serta persaingan yang sudah berlangsung pada awal tahun depan (tahun 2016) yaitu MEA (Masyarakat Ekonomi Asean)..

Program Pendidikan Vokasi Industri

Sebagai wujud pelaksanaan tugas tersebut, Kemenperin telah menyusun program pembinaan dan pengembangan yang link and match antara SMK dan industri, dengan sasaran sampai tahun 2019 sebanyak 1.775 SMK meliputi 845.000 siswa untuk dikerjasamakan kepada 355 perusahaan industri

Lakukan Hal Ini Sebelum Ujian Nasional, Pasti Bakal Sukses!!!

Apakah kamu juga sudah siap menghadapi Ujian Nasional yang sebentar lagi akan berlangsung? Jika pada Ujian Nasional 2019 lalu banyak sekali siswa yang mengeluh merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal Ujian Nasional, terutama matematika. Mereka merasa soal Ujian Nasional yang mereka hadapi tidak sama dengan materi yang diajarkan di sekolah

Tuesday, February 15, 2022

Soal Dan Pembahasan Las TIG untuk Ujian Semester Teknik Pengelasan Tingkat SMK

Pelajarilah soal-soal las TIG untuk Teknik Pengelasan tingkat SMK dibawah ini dengan seksama dan semoga bermanfaat!!!!!

1. Permukaan material yang akan dilas harus di bersihkan dari kotoran berupa…
a. Garam, besi crom dan minyak
b. Karat, lapisan oksida besi dan gemuk/oli
c. Lapisan oksida besi, gemuk/olidancat
d. Gemuk/oli, cat dankara
e. Cat, karat dan lapisan oksida besi
Jawab: E

2. Untuk mengukur ketebalan benda kerja digunakan
a. Jangka bengkok    
b. Jangka kaki
c. Jangka hati       
d. Jangka tusuk      
e. Mistar sudut
Jawab: A

3. Kawat las dengan kode spesifikasi AWS ER 71 T-1, huruf  T mempunyai arti :…
a. Tip    
b. Tubular    
c. Tungsten    
d. Titania     
e. Torch
Jawab: D

4. Fungsi dari elektroda tungsten adalah :
a. Pembangkit busurnya las selama dilakukan pengelasan
b. Sebagai bahan tambah.
c. Sebagai pengatur bentuknya rigi-rigi
d. Penentu besar kecilnya hasil pengelasan
e. Semua jawaban salah
Jawab: A

5. Jenis mesin Las TIG (las gas tungsten) yang digunakan untuk mengelas alumunium adalah arus.....
a. AC atau DCEN  
b. DC atau DCEP  
c. DC atau DCEN  
d. AC/DC  
e. AC atau DCEP
Jawab: E

6. Gas Argon pada proses las TIG digunakan sebagai :
a. Pembakar
b. Pelindung dan pendingin
c. Penghantar listrik
d. Busur api
e. Pembersih benda kerja
Jawab: B

7. Pada gambar rangkaian mesin las TIG, nosel pada TIG torch digunakan untuk ……
a. Mengatur tekanan gas 
b. Mengatur arus
c. Mengatur tekanan kerja
d. Busur pembakar
e. Mengarahkan gas pelindung pada cairan
Jawab:  E

8. Posisi nosel apabila dipasang pada torch harus dikencangkan dengan menggunakan ………
a. Kunci kusus
b. Kunci pas
c. Tangan saja
d. Kunci inggris
e. Tang
Jawab:  C

9. Pada proses  pengelasan baja karbon kampuh Butt-Joint  dengan proses las TIG, panjang elektroda yang keluar dari ujung nozzle sepanjang….
a. 1 - 2 mm
b. 1,5 – 2,5 mm
c. 2,5 - 3 mm
d. 3 - 4 mm
e. 6 - 8 mm
Jawab:  D

10. Pada gambar dibawah adalah alat pelindung diri  di pergunakan pada pekerjaan apa…
a. Memahat
b. Mengelas 
c. Menggerinda
d. Mengikir
e. Mengebor
Jawab:  B

11. Apabila pada proses pengelasan juru las tidak mengunakan safety shoes maka akan terjadi ganguan kesehatan pada …
a. Kepala
b. Badan
c. Dada
d. Tangan
e. Kaki
Jawab:  E

12. Untuk penggunaan kaca penyaring agar tukang las bisa melihat dengan baik  pada proses pengelasan menggunakan arus 300 amper ke atas maka nomor kaca yang digunakan adalah nomor......
a. 6-7
b. 8-9
c. 10-12
d. 13-14
e. 15-16
Jawab:  E

13. Jenis elektroda tungsten untuk mengelas baja tahan karat, adalah ... 
a. Tungsten yang circonium
b. Tungsten yang thorium
c. Tungsten murni
d. Tungsten Zirconium
e. Tungsten jenis circonium dan diameter sesuai dengan colled
Jawab: E

14. Alat pelindung diri yang perlu dipakai pada saat menyiapkan material pengelasan …
a. Kaca mata bening, sarung tangan dan sepatu
b. Kaca mata gelap, sarung tangan dan sepatu
c. Sarung tangan, apron dan kacamata bening
d. Kaca mata bening, apron dan sepatu
e. Sarung tangan, masker, air plug
Jawab: A

15. Untuk mengidentifikasi jenis material yang digunakan oleh objek/benda kerja pada proses pembuatan gambar adalah dengan..................
a. Mempertimbangkan sifat-sifat material sesuai dengan persyaratan kerja yang diperlukan
b. Mengidentifikasikan kerja, persyaratan kerja serta karakteristik material yang diperlukan
c. Menganalisa fungsi obyek/benda kerja dalam mekanisme kerja secara keseluruhan
d. Mempelajari berbagai standar material serta karakteristiknya
e. Tidak ada jawaban yang benar
Jawab: C

16. Seorang pengelas harus mampu menghindari atau mencegah terjadinya distorsi. Upaya yang tidak banyak mengurangi terjadinya distorsi adalah…
a. Menggunakan arus seminimal mungkin
b. Membuat las catat sebelum pengelasan
c. Memberikan “pre-set” setalah dilas catat
d. Menggunakan elektroda yang kecil dan pengelasan berulang-ulang
e. Memperkecil amper.
Jawab: C

17. Fungsi dari elektroda tungsten adalah :
a. Pembangkit busurnya las selama dilakukan pengelasan
b. Sebagai bahan tambah.
c. Sebagai pengatur bentuknya rigi-rigi
d. Penentu besar kecilnya hasil pengelasan
e. Semua jawaban salah
Jawab: A

18. Gambar dibawah ini adalah contoh sambungan …

a. Fillet welding                         
b. Slop welding                          
c. Plug welding
d. Edge welding
e. Butt welding
Jawab: E

19. Salah satu elektroda tungsten pada proses GTAW/ TIG adalah EWTh2 , pengertian dari jenis elektroda tersebut adalah..
a. Cerium 2%
b. Zircon 2%
c. Mangan 2%
d. Thorium 2%
e. Tungsten 2%
Jawab: D

20. Cacat las harus diidentifikasi secara visual lalu ditandai untuk perbaikan. Salah satu syarat perbaikan pada cacat las....
a. Dilas kembali dengan kualitas yang seragam
b. Disikat untuk dibersihkan saja
c. Dipukul untuk diratakan kembali
d. Dipanaskan kembali untuk mencegah distorsi
e. Dibersihkan dengan air
Jawab: A

21. Sebelum benda kerja dilas, alangkah baiknya harus terbebas dari …
a. Debu
b. Serpihan logam
c. Bau
d. Cat
e. Jelaga
Jawab: D

22. Kriteria hasil las yang baik adalah kecuali
a. Benda kerja dan jalur las bersih
b. Ketinggian dan jalur las seragam
c. Penembusan jalur sesuai standar
d. Sedikit terdapat spatter
e. Tidak terdapat undercut dan overlap
Jawab: D

23. Penyebab terjadinya undercut yaitu ….
a. Lingkungan basah/lembab
b. Ampere terlalu tinggi
c. Jarak elektroda terlalu dekat
d. Jarak elektroda terlalu jauh
e. Ayunan/gerakan penarikan elektroda terlalu cepat
Jawab: B

24. Hasil pengelasan yang terdapat lubang-lubang disebut….
a. Undercut
b. Overlap
c. Porosity
d. Spatter
e. Surface concavity
Jawab: C

25. Untuk pemotongan pelat yang relatif tipis dan berbentuk cekung atau cembung, maka lebih efektif  digunakan alat potong ....
a. Gunting tangan
b. Gergaji tangan
c. Gunting tuas
d. Mesin gergaji pita
e. Guillotine
Jawab: A

26. Alat pelindung diri yang perlu dipakai pada saat mengelas….
a. Kedok/helm las, sarung tangan, apron dan jaket kulit
b. Kedok/helm las, sarung tangan, apron dan topi las
c. Kedok/helm las, apron, jaket kulit dan sepatu las
d. Kedok/helm las, jaket kulit, sarung tangan dan sepatu las
e. Kedok/helm las, jaket kulit, kaca mata
Jawab: B

27. Salah satu yang tidak termasuk prosedur penerapan keselamatan kerja adalah….
a. Mengenali bahaya pada area kerja
b. Peralatan dan area kerja dibersihkan sesuai jadwal
c. Tanda bahaya dan peringatan di patuhi
d. Pakaian pengamanan digunakan sesuai aturan
e. Pengamanan oleh satuan pengaman yang terlatih
Jawab: E

28. Simbol keselamatan kerja dilukiskan dengan gambar yang mudah difahami, lambang dibawah ini mempunyai maksud …..
a. Gunakan penutup telinga
b. Mata harus waspada
c. Rambut harus rapi
d. Gunakan masker hidung
e. Gunakan kacamata
Jawab: E

29. Prosedur penyiapan benda kerja sebelum dilakukan pengelasan adalah ….
a. Membersihkan benda kerja dari karat dan minyak
b. Mengukur dimensi benda kerja
c. Memanaskan benda kerja
d. Mendinginkan benda kerja
e. Mengecat benda kerja
Jawab: A

30. Yang termasuk palu lunak dibawah ini, kecuali…
a. Palu kayu
b. Palu kuningan
c. Palu plastik
d. Palu karet
e. Palu konde
Jawab: E

31. Dalam pemakaiannya penggores harus selalu berpasangan dengan salah satu alat ukur, yaitu 
a. Rol meter
b. Jangka bengkok
c. Siku blok
d. Mistar sorong
e. Mistar baja
Jawab: E

32. Penggaris yang digunakan untuk mengukur sudut 90°, yaitu
a. Mistar sorong
b. Mistar siku
c. Mistar baja
d. Rol meter
e. Jangka bengkok
Jawab: B
 
33. Pada gambar dibawah menunjukan sambungan …..
a. Sambungan keeling
b. Sambungan patri
c. Sambungan lipat tunggal
d. Sambungan lipat ganda
e. Sambungan lipat tegak
Jawab: C

34. Beberapa ciri kerusakan pada kikir dapat di identifikasikan dari beberapa hal dibawah ini, kecuali…
a. gigi pemarut kikir licin bila diraba dengan tangan
b. gigi pemarut kikir terlihat banyak yang rontok
c. pada bagian sela gigi kikir terlihat banyak geram
d. terasa kasar saat digunakan untuk mengikir
e. apabila digunakan untuk mengikir terasa licin
Jawab: D

35. Proses pengelasan diperlukan persiapan yang baik diantaranya yang termasuk pada persiapan proses tersebut adalah:
a. Jenis mesin dan bahan
b. Jenis bahan dan ampere
c. Tekanan ampere dan bahan
d. Jenis mesin, bahan dan ampere
e. Jenis mesin, bahan dan alat bantu
Jawab:  D

36. Pada proses las TIG memerlukan gas Argon. Gas Argon adalah sebagai :
a. Pembakar
b. Pelindung dan pembakar
c. Pelindung dan pendingin
d. Penghantar listrik
e. Busur api
Jawab:  C

37. Pada proses las TIG memerlukan tungsten, tungsten yang bagaimana yang diperlukan: 
a. Tungsten yang circonium
b. Tungsten yang thorium
c. Tungsten murni
d. Tungsten jenis circonium dan diameter sesuai dengan colled
e. Tungsten yang circonium bercampuran dengan thorium
Jawab:  C

38. Pada proses pengelasan TIG aluminium memerlukan arus yang tepat. Arus apa yang digunakan:
a. Arus bolak-balik (AC)
b. Arus searah (DC)
c. Arus AC, DC sama saja
d. Arus DC (+) atau arus DC (-)
e. Arus AC saja
Jawab:  C

39. Gambar sket di bawah termasuk jenis sambungan:


a. Fillet weld                               
b. Butt weld                                 
c. Lap weld
d. Pad weld
e. Joint weld
Jawab:  B

40. Yang harus diperhatikan pada material yang akan dilas adalah:
a. Ukuran kampuh                     
b. Identitas material                   
c. Jarak mesin las
d. Jenis electrode
e. Ketebalan material
Jawab:  B

41. Alat bantu yang tidak diperlukan dalam pengelasan TIG adalah:
a. Gas argon                              
b. Pomap pendingin                  
c. Tempat flux
d. Gas oksigen
e. Tang Penjepit
Jawab:  D

42. Untuk pengelasan plat tipis polarity yang terbaik bila menggunakan:
a. AC                                         
b. DC RP                                   
c. DC SP
d. DCEN
e. Semua benar
Jawab:  B

43. Yang tidak termasuk penyebab adanya distorsi pada pengelasan adalah:
a. Tidak adanya pemanasan awal
b. Tidak menggunakan alat bantu jig
c. Skill tenaga las kurang
d. Tidak ada identifikasi material
e. Pengaturan Ampere mesin las yang kurang sesuai
Jawab:  A

44. Metode berikut dapat digunakan untuk memeriksa hasil pengelasan sampai ke bagian dalam:
a. Dye penetrant                        
b. Metode magnetic                  
c. Metode ultrasonic
d. Metode visual
e. Uji Bending
Jawab:  C

45. Proses pengelasan TIG memerlukan tekanan gas yang seimbang. Berapa tekanan gas kerja yang seimbang tersebut:
a. Sepuluh kali diameter elektroda (tungsten)
b. Lima kali ketebalan benda kerja
c. Sepuluh kali ketebalan benda kerja
d. Sama dengan tekanan isi
e. Sama dengan besarnya tekanan isi dan ketebalan benda
Jawab:  C

46. Hal-hal berikut ini adalah keuntungan menggunakan las TIG dibandingkan dengan las SMAW, kecuali:
a. Permukaan las lebih halus
b. Sangat baik untuk menyambung benda kerja tipis
c. Mudah dioperasikan
d. Mesin las TIG lebih mahal
e. Mesin las TIG lebih murah
Jawab:  E

47. Peralatan yang paling sering digunakan untuk memperbaiki hasil pengelasan adalah:
a. Palu                                     
b. Kikir                                   
c. Gerinda
d. Gergaji besi
e. Mesin tekuk
Jawab:  C

48. Pada proses pengelasan las TIG sangat diperlukan peralatan keselamatan kerja, peralatan keselamatan kerja diantaranya:
a. Apron
b. Sarung tangan kulit
c. Kaca mata
d. Sepatu Kulit
e. Sarung tangan kulit, apron, kaca mata dan tang penjepit
Jawab:  E

49. Pada gambar kerja las pada umumnya berbentuk gambar konstruksi, gambar konstruksi terdiri dari:
a. Pandangan atas, samping, muka
b. Ukuran panjang, lebar, tebal
c. Code pengelasan
d. Ukuran yang berskala
e. Pandangan dan ukuran berikut code las
Jawab:  E

50. Hambatan yang terjadi pada proses TIG:
a. Menyetel tungsten                 
b. Menyetel jarak                        
c. Menghidupkan mesin las
d. Menyetel benda kerja
e. Menyetel Ampere mesin las
Jawab:  A

51. Hal-hal berikut ini adalah penyebab terjadinya banyak spatter pada hasil pengelasan, kecuali:
a. Jarak busur terlalu tinggi       
b. Amper terlalu tinggi              
c. Kampuh las kurang bersih
d. Skill tukang las kurang
e. Elektroda lembab
Jawab:  C

52. Bila terjadi cacat las pada permukaan hal-hal yang tidak boleh dilakukan adalah:
a. Menggerinda cacat las
b. Mengidentifikasi cacat las
c. Memperbaiki tanpa prosedur
d. Memperbaiki dengan melakukan pengelasan lagi sesuai aturan
e. Melaporkan kepada inspector yang berwenang
Jawab:  C
53. Manakah yang tidak termasuk papameter pengelasan:
a. Ampere                                  
b. Voltage                                  
c. Polaritas
d. Tebal benda kerja
e. Kecepatan pengelasan
Jawab:  D

54. Cacat las yang bisa dideteksi dengan cara visual:
A. Slag inclusion                          
B. Retak dalam                             
C. Incomplete fusion
D. Spatter
E. Tungsten Inclusion
Jawab:  D

55. Gas yang dipakai untuk proses pengelasan Gas Tunsten adalah:
a. Gas Aktif   
b. Gas tidak aktif,    
c. Gas Senon      
d. Co2
e. Semua jawaban salah
Jawab:  B

Teknik Pengontrolan Distorsi Las Listrik

Ada beberapa langkah untuk mengontrol pengaruh perubahan bentuk (distorsi) sewaktu proses pengelasan yang meliputi; 
 Sebelum pengelasan
 Sewaktu pengelasan
 Sesudah pengelasan

a. Teknik Mengontrol Distorsi Sebelum Pengelasan.
 Perencanaan yang baik
Perencanaan kampuh yang baik adalah panjang jarak minimum yang tepat dari kampuh untuk menghindari terlalu banyaknya pengelasan.


 Pengelasan Catat (tack Weld)
Las catat adalah pengelasan dengan jumlah sedikit merupakan titiktitik saja yang akan berfungsi seperti klem. Jumlah dan ukuran dari titik-titik pengelasan yang diperlukan untuk mempertahankan kelurusan adalah sangat tergantung pada jenis dan tebal bahan.
Tehnik pengelasan catat yang benar akan mempertahankan bahan sewaktu pengelasan.
Langkah pengelasan catat dapat diperhatikan pada gambar berikut, yakni berselang-seling.




 Alat Bantu (Jig dan Fixture)
Alat bantu ini digunakan untuk mempertahankan kelurusan bahan sebelum dan selama pengelasan. Bentuk alat bantu ini sangat tergantung pada bentuk bahan yang dilas. Berikut ini adalah beberapa gambar alat bantu untuk pengelasan :



 Pengaturan Letak Bahan (Pre-setting)
Pengaturan letak bahan yang akan dilas dapat dilakukan dengan cara mengganjal (menahan) untuk mengatasi konstraksi pada waktu pengelasan. Walaupun demikian cara meletakkan ganjal (penahan) sangat tergantung pada pengalaman dan pengetahuan operator untuk menempatkannya secara tepat.




b. Teknik Menghindari Distorsi Sewaktu Pengelasan
 Pengelasan selang seling.
Apabila pengelasan secara terus menerus dari salah satu ujung ke ujung yang lain maka konstraksi akan terus bertambah selama proses pengelasan dan inilah salah satu penyebab perubahan bentuk. Ini dapat diatasi dengan tehnik pengelasan secara selang- seling dengan arah pengelasan yang berlawanan.



 Pengelasan Seimbang
Pengelasan seimbang ini adalah seatu proses pengelasan untuk menyeimbangkan panas ke bidang pengelasan. Metode ini sering digunakan untuk memperbaiki kebulatan atau kelurusan poros dan setiap jalur pengelasan dilakukan berseberangan
Ini bertujuan untuk mempertahankan keseimbangan kontraksi dan mengurangi perubahan bentuk.
Urutan pengelasan perhatikan gambar berikut :





Prinsip yang sama juga dapat digunakan pada pengelasan kampuh V atau U ganda. Pengelasan dilakukan dengan sisi atau permukaan yang berlawanan. Konstraksi akan terjadi sama pada kedua belah permukaan. Untuk langkah pengelasan dapat diperhatikan gambar berikut.



Monday, February 14, 2022

Penyebab dan Jenis-jenis Distorsi Las Listrik

a. Penyebab terjadinya distorsi

Tiga penyebab utama terjadinya distorsi (perubahan bentuk) pada konstruksi logam dan industri bidang konstruksi ( pengelasan ) adalah : 

 Tegangan Sisa
Seluruh bahan logam yang digunakan dalam industri misalnya batangan, lembaran atau bentuk profil lainnya diproduksi atau dibentuk dengan proses-proses ini meninggalkan atau menahan tegangan didalam bahan yang disebut tegangan sisa.

Tidak selalu tegangan sisa ini menimbulkan permasalahan tapi apabila bahan menerima panas akibat pengelasan atau pemotongan dengan panas (api), tegangan sisa akan hilang secara tidak merata, maka akan terjadi perubahan bentuk (distorsi). 

 Pengelasan/ Pemotongan dengan Panas. 
Sewaktu mengelas atau memotong dengan menggunakan api (panas), sumber panas dihasilkan dari nyala busur atau nyala api ini akan mengakibatkan pertambahan panjang dan penyusustan secara tidak merata. Akibatnya terjadi perubahan bentuk (distorsi).

b. Jenis-jenis Distorsi
Ada tiga jenis utama perubahan bentuk akibat pengelasan : 
 Perubahan bentuk arah melintang
 Perubahan bentuk arah memanjang
 perubahan bentuk menyudut

1) Perubahan Bentuk arah Melintang
Apabila mulai mengelas pada salah satu ujung, maka sisi dari ujung lain akan bertambah panjang akibat pemuaian. Pada saat pendinginan, maka sisi-sisi logam akan saling menarik dan berkontraksi satu sama lain. Pergerakan ini disebut perubahan bentuk arah melintang.



2) Perubahan Bentuk arah Memanjang
Perubahan bentuk arah memanjang adalah apabila hasil pengelasan berkontraksi dan memendek pada sepanjang garis pengelasan setelah dingin.Perubahan bentuk ini akan sangat tergantung pada keterampilan pekerjaan pengelasan.



3) Perubahan Bentuk Menyudut
Perubahan bentuk menyudut adalah apabila sudut dari benda yang dilas berubah akibat kontraksi. Kontraksi lebih besar pada permukaan pengelasan karena jumlah hasil pengelasan lebih banyak.



Sunday, February 13, 2022

Distorsi, Koefisien Muai Panjang, Pemanasan dan Pendinginan

Distorsi

Semua logam akan mengembang / memuai apabila mendapat perlakuan panas dan menyusut bila mengalami pendinginan, kejadian tersebut merupakan sifat dari logam itu sendiri. Seorang operator las harus memiliki kemampuan bagaimana suatu proses pengelasan dapat menghasilkan bentuk sambungan sesuai rencana yang dikehendaki dengan melakukan pengendalian terhadap pemuaian dan penyusutan yang berlebihan.

Distorsi ialah perubahan bentuk atau penyimpangan bentuk yang diakibatkan oleh panas, yang diantaranya adalah akibat proses pengelasan.

Pemuaian dan penyusutan benda kerja akan berakibat melengkungnya atau tertariknya bagian-bagian benda kerja sekitar pengelasan, misalnya pada saat proses las busur manual.

Untuk memahami tentang distorsi , maka perlu dipahami hal-hal sebagai berikut :

a. Koefisien Muai Panjang

Koefisien muai panjang adalah : jumlah pertambahan panjang dari suatu logam akibat perubahan temperatur setiap 1 oC.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan panjang adalah : 
 Jenis logam yang dipanaskan
 Jumlah perubahan temperatur 
 Perubahan panjang akan kesegala arah.

Koefisien muai panjang akan berbeda-beda dari setiap jenis logam karena perbedaan sifat masing-masing logam tersebut.

Koefisien muai panjang dari beberapa logam adalah sbb :


Sebagai contoh baja akan bertambah panjang 0,000012 mm setiap perubahan temperatur 1C.

Contoh Perhitungan Koefisien Muai Panjang.

Sebatang baja panjang 300 mm dipanaskan sampai 1000C, terjadi pertambahan panjang 3,6 mm ini didapat berdasarkan perhitungan sbb.

Rumus :
Pertambahan Panjang = Panjang awal x Koofisien muai panjang x perubahan temperatur.
= 300 X 0,000012 X 1000
= 3,6 mm

Perbandingan Koefisien muai panjang dari berbagai jenis logam Walaupun dipanaskan pada temperatur yang sama, maka pertambahan panjang dari masing-masing logam tersebut tidak akan sama dan tergantung dari jenis logam tersebut (perhatikan contoh-contoh berikut)


b. Pemanasan dan Pendinginan

1. Pemanasan dan Pendinginan benda bebas (Tidak tertahan)
Apabila benda logam dipanaskan secara merata dan dalam keadaan bebas atau tidak tertahan maka akan menyusut kembali ke posisi semula kalau didinginkan. Sebagai contoh perubahannya dapat diperhatikan diagram tersebut berikut :


2. Pemanasan dan pendinginan benda tertahan. Apabila benda ditahan atau dipejit pada ragum dan dipanaskan, maka benda tidak akan dapat memuai atau bertambah panjang (mengembang) secara teratur ke seluruh arah, sehingga pertambahan ke arah ragum akan tertahan, di mana dengan pertambahan temperatur akan menambah kekenyalan, bahan menjadi lunak dan mudah dibentuk.

Apabila kondisi tersebut tetap tertahan sampai benda dingin kembali, maka logam berubah bentuk dan bertambah panjang / mengembang kearah yang tidak ada tahanan dan perubahan bentuk ini bersifat permanen.



Saturday, February 12, 2022

Ringkasan Prosedur Pengelasan Yang Benar dan Sesuai Las Listrik

Prosedur pengelasan yang benar dan sesuai merupakan salah satu hal terpenting untuk mencapai kualitas pengelasan secara maksimum dan efisien/ ekonomis. Oleh sebab itu sebelum dilakukan pengelasan, maka perlu ditetapkan terlebih dahulu prosedur pengelasannya agar proses dan hasil las dapat mencapai standar yang diharapkan. 


a. Prosedur Umum
Secara umum, prosedur-prosedur yang harus dilakukan setiap kali akan, sedang dan setelah pengelasan adalah meliputi hal-hal berikut ini : 
 Adanya prosedur pertolongan pertama pada kecelakaan ( P3K ) dan prosedur penanganan kebakaran yang jelas/tertulis. 
 Periksa sambungan-sambungan kabel las, yaitu dari mesin las ke kabel las dan dari kabel las ke benda kerja / meja las serta sambungan dengan tang elektroda.. Harus diyakinkan, bahwa tiap sambungan terpasang secara benar dan rapat. 
 Periksa saklar sumber tenaga, apakah telah dihidupkan. 
 Pakai pakaian kerja yang aman. 
 Konsentasi dengan pekerjaan. 
 Setiap gerakan elektroda harus selalu terkontrol. 
 Berdiri secara seimbang dan dengan keadaan rileks. 
 Periksa, apakah penghalang sinar las/ ruang las sudah tertutup secara benar. 
 Tempatkan tang elektroda pada tempat yang aman jika tidak dipakai. 
 Selalu gunakan kaca mata pengaman ( bening ) selam bekerja. 
 Bersihkan terak dan percikan las sebelum melanjutkan pengelasan berikutnya. 
 Matikan mesin las bila tidak digunakan.
 Jangan meninggalkan tempat kerja dalam keadaan kotor dan kembalikan peralatan yang dipakai pada tempatnya.

b. Sambungan Las
 Sambungan Las
Mutu hasil pengelasan selain tergantung dari pelaksanaannya juga ditentukan oleh persiapan sebelum pengelasan. Karena itu pengawasan pengelasan dilakukan semenjak persiapan pengelasan, pada waktu pengelasan dan sesudah pengelasan. Yang termasuk pekerjaan persiapan pengelasan diantaranya adalah persiapan material/bahan induk .

Bahan induk yang dipergunakan pada setiap konstruksi harus memenuhi persyaratan-persyaratan baik tentang jenis dan mutunya maupun ukuran- ukurannya, selanjutnya untuk dilaksanakan oleh juru las. Dengan memahami jenis dan ukuran bahan induk serta bentuk sambungan dengan simbol-simbol pengelasan, Anda akan dapat melaksanakan pekerjaan pengelasan dengan benar. 

Berikut ini jenis-jenis sambungan yang perlu diketahui sebelum pelaksanaan pengelasan. 
 Jenis-jenis sambungan
Beberapa standar telah mengatur jenis sambungan las, namun pada dasarnya dibagi menjadi lima jenis sambungan, yaitu :
a. Sambungan tumpul (butt joint)
b. Sambungan sudut (corner joint)
c. Sambungan T (T – joint)
d. Sambungan tumpang (lap joint)
e. Sambungan tepi (edge joint)

c. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut
Bila tingkat penguasan mencapai 80 % ke atas, silahkan melanjutkan ke Kegiatan Belajar 4. Bagus. Namun bila tingkat penguasaan masih di bawah 80 % harus mengulangi Kegiatan Belajar 3 terutama pada bagian yang belum dikuasai.

Thursday, February 10, 2022

Parameter Pengelasan, Voltage, Kecepatan pengelasan (Travel Speed) Las SMAW

  Parameter Pengelasan
Sebaiknya sebelum melakukan pekerjaan pengelasan seorang juru las haruslah memahami prinsip-prinsip dasar bagaimana untuk busur las yang stabil.
Karena busur yang stabil akan membuat hasil las yang bagus/mulus.
Dari itu haruslah diperhatikan: - Panjang busur(Arc Length) Untuk mendapatkan panjang busur antara benda kerja (base metal) dan ujung elektroda adalah sangat penting. Karena panjang busur secara langsung sangat menentukan masukan panas baik terhadap benda kerja maupun elektroda yang diperlukan dalam proses pengelasan.


- Voltage
Besar voltage dapat diukur sewaktu proses pengelasan sedang berlangsung, dimana voltage dari sumber yang masuk ke travo las adalah 220/240 volt diturunkan menjadi sekitar 40-50 volt.
Pada waktu pemakaian voltage akan turun sekitar 18 sampai 36 volt, agar aman dalam pemakaian.
Voltage tergantung dari panjang busur yang ada, dan juga tergantung dari mesin las /travo dan panjang kabel las yang dipakai, apabila voltage rendah, ini akan mempengaruhi pemasukan panas pada benda kerja dan elektroda.

Selain besar kecilnya panjang busur voltage juga dipengaruhi oleh:
 Pembungkus Elektroda
 Komposisi Inti Elektroda
 Diameter Elektroda
 Besarnya Arus

- Kecepatan pengelasan (Travel Speed)
Dengan kecepatan penarikan elektroda yang benar akan diciptakan rigi las dengan penembusan , lebar dan tinggi rigi yang sesuai dengan standar.Para pemula pada umumnya cenderung menarik elektroda terlalu cepat.Tidak ada ketentuan angka yang pasti untuk kecepatan menarik elektroda sebagai petunjuk apabila kawah las sudah mencapai lebar atau diameter 2 x diameter salutan elektroda penarikan elektroda dapat dilaksanakan.

Kecepatan pengelasan tergantung dari: ukuran elektroda, besarnya arus, tebal bahan dan ukuran rigi yang diperlukan.
Rigi las sempit, tipis, penembusan dan perpaduan tidak cukup, ini diakibatkan oleh penarikan elektroda yang terlalu lambat. Ini akan menghasilkan rigi las yang lebar dan tebal. Serta ada kemungkinan kawah las akan mengalir di bawah busur sehingga penembusan berkurang dan overlap. - Arus (Current)

Besar arus yang dipakai berdasarkan penyetelan pada amper meter yang ada pada mesin las dan harus disesuaikan dengan besar diameter elektroda yang akan dipakai untuk pengelasan.


Besar arus biasanya dapat dilihat pada bungkusan elektroda yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat. Jika pada bungkusan elektroda tidak tercantum dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Besar arus sangat mempengaruhi panas yang diperlukan, untuk mencairkan benda kerja dan elektroda. Dimana panas yang ditimbulkan busur listrik tinggi antara 6000º F sampai 10.000º F, panas ini terjadi akibat adanya lompatan elektron diantara jarak benda kerja ke ujung elektroda dan sebaliknya. Jadi apabila arus listrik kurang memenuhi, maka busur tidak stabil sehingga mengakibatkan panas yang dibutuhkan berkurang dan menyebabkan pencairan benda kerja dan elektroda tidak rata.


Sumber : Welding Handbook AW

D. Aktivitas Pembelajaran
Aktivitas 1 : mengamati posisi pengelasan pada benda kerja

Sumber : http://poskotanews.com/2012/09/01/indonesia-banyak-miliki-pakar-soal- baja/

Setelah mengamati gambar diatas di atas, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Sebutkan psosisi pengelasan yang terdapat pada pekerjaan konstruksi tersebut!
2. Jelaskan teknik pengelasan yang tepat pada posisi pengelasan yang terdapat pada pekerjaan konstruksi terssbut!

Wednesday, February 9, 2022

Teknik Pengelasan SMAW posisi 1 F, 2 F dan 1G

 Sambungan Las
Mutu hasil pengelasan selain tergantung dari pelaksanaannya juga ditentukan oleh persiapan sebelum pengelasan. Karena itu pengawasan pengelasan dilakukan semenjak persiapan pengelasan, pada waktu pengelasan dan sesudah pengelasan. Yang termasuk pekerjaan persiapan pengelasan diantaranya adalah persiapan material/bahan induk . Bahan induk yang dipergunakan pada setiap konstruksi harus memenuhi persyaratan-persyaratan baik tentang jenis dan mutunya maupun ukuran-ukurannya, selanjutnya untuk dilaksanakan oleh juru las. Dengan memahami jenis dan ukuran bahan induk serta bentuk sambungan dengan simbol-simbol pengelasan, Anda akan dapat melaksanakan pekerjaan pengelasan dengan benar. 
Berikut ini jenis
jenis sambungan yang perlu diketahui sebelum pelaksanaan pengelasan.
 Jenis-jenis sambungan

Beberapa standar telah mengatur jenis sambungan las, namun pada dasarnya dibagi menjadi lima jenis sambungan, yaitu :
a. Sambungan tumpul (butt joint)
b. Sambungan sudut (corner joint)
c. Sambungan T (T – joint)
d. Sambungan tumpang (lap joint)
e. Sambungan tepi (edge joint)



 Pembuatan Kampuh Las
Pembuatan kampuh las dapat di lakukan dengan beberapa metode, tergantung bentuk sambungan dan kampuh las yang akan dikerjakan.
Metode yang biasa dilakukan dalam membuat kampuh las, khususnya untuk sambungan tumpul dilakukan dengan mesin atau alat pemotong gas (brander potong). Mesin pemotong gas lurus (Straight Line Cutting Machine) dipakai untuk pemotongan pelat, terutama untuk kampuh- kampuh las yang di bevel, seperti kampuh V atau X, sedang untuk membuat persiapan pada plat dapat dipakai Mesin pemotong gas lingkaran (Circular Cutting Machine) atau dengan brander potong manual atau menggunakan mesin bubut.
Namun untuk keperluan sambungan sudut (fillet) yang tidak memerlukan kampuh las dapat digunakan mesin potong pelat (guletin) berkemampuan besar, seperti Hidrolic Shearing Machine. Adapun pada sambungan tumpul perlu persiapan yang lebih teliti, karena tiap kampuh las mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri, kecuali kampuh I yang tidak memerlukan persiapan kampuh las, sehingga cukup dipotong lurus saja.

Kampuh V dan X ( Single Vee dan Double Vee )
Untuk membuat kampuh V dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
f. Potong sisi plat dengan sudut ( bevel ) antara 30 - 35





g. Buat "root face" selebar 1 - 3 mm secara merata dengan menggunakan mesin gerinda dan/atau kikir rata. Kesamaan tebal/lebar permukaan "root face" akan menentukan hasil penetrasi pada akar (root)
Kampuh U dan J.





Pembuatan kampuh U dan J dapat dilakukan dengan dua cara : 
- Melanjutkan pembuatan kampuh V (Single Vee) dengan mesin gerinda sehingga menjadi kampuh U atau J.
- Dibuat dengan menggunakan teknik "gas gouging", kemudian dilanjutkan dengan gerinda dan /atau kikir. 
Setelah dilakukan persiapan kampuh las, baru dirakit (dilas catat) sesuai dengan bentuk sambungan yang dikerjakan.

Las Catat
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan las catat (tack weld)adalah sebagai berikut : - Bahan las harus bersih dari bahan-bahan yang mudah terbakar dan karat.
- Pada sambungan sudut cukup di las catat pada kedua ujung sepanjang penampang sambungan ( tebal bahan tersebut ).
Bila dilakukan pengelasan sambungan sudut ( T ) pada kedua sisi, maka konstruksi sambungan harus 90 terhadap bidang datarnya. Bila hanya satu sisi saja, maka sudut perakitannya adalah 30 - 50
menjauhi sisi tegak sambungan, yakni untuk mengantisipasi tegangan penyusutan / distorsi setelah pengelasan.





Pada sambungan tumpul kampuh V, X, U atau J perlu dilas catat pada beberapa tempat, tergantung panjang benda kerja. Untuk panjang benda kerja yang standar untuk uji profesi las (300 mm) dilakukan tiga las catat, yaitu kedua ujung dan tengah dengan panjang las catat antara 15 -30 mm atau tiga sampai empat kali tebal bahan las. Sedang untuk panjang benda kerja dibawah atau sama dengan 150 mm dapat dilas catat pada kedua ujung saja.


 Penempatan Bahan Las dan Posisi Elektroda
Penempatan bahan pada pengelasan pelat posisi di bawah tangan adalah posisi di mana bahan atau bidang yang dilas ditempatkan secara rata ( flat ) atau sejajar dengan bidang horizontal, baik pada sambungan sudut maupun pada sambungan tumpul.
Sedangkan penempatan bahan pada pengelasan posisi horizontal adalah penempatan di mana bidang yang dilas mendatar dan memanjang pada bidang horizontal.







 Arah dan Gerakan Elektroda
Arah pengelasan ( elektroda ) pada proses las busur manual adalah arah mundur atau ditarik, sehingga bila operator las menggunakan tangan kanan, maka arah pengelasan adalah dari kiri ke kanan. Demikian juga sebaliknya, jika menggunakan tangan kanan, maka tarikan elektroda adalah dari kanan ke kiri. Namun, pada kondisi tertentu dapat dilakukan dari depan mengarah ke tubuh operator las.
Dalam hal ini, yang terpenting adalah sudut elektroda terhadap garis tarikan elektroda sesuai dengan ketentuan ( prosedur yang ditetapkan ) dan busur serta cairan logam las dapat terlihat secara sempurna oleh operator las.
Pada pengelasan sambungan T maupun pada sambungan tumpul posisi di bawah tangan (1F/1G) secara umum untuk jalur pertama adalah ditarik tanpa ada ayunan elektroda, tapi untuk jalur kedua dan selanjutnya sangat tergantung pada kondisi pengelasan itu sendiri, sehingga dapat dilakukan ayunan atau tetap ditarik seperti jalur pertama.
Sedangkan pada posisi horizontal, baik untuk sambungan sudut / T atau sambungan tumpul (2F/2G) secara umum tidak dilakukan ayunan/gerakan elektroda ( hanya ditarik ) dengan sudut yang sesuai dengan prosedurnya.


Khusus untuk gerakan elektroda pada pengelasan sambungan sudut (fillet ) posisi tegak naik ( misalnya pada sambungan T dan sambungan sudut luar atau dalam ) dapat dilakukan gerakan ½ lingkaran atau segi tiga.
Khusus untuk gerakan elektroda pada pengelasan sambungan sudut (fillet ) posisi tegak naik ( misalnya pada sambungan T dan sambungan sudut luar atau dalam ) dapat dilakukan gerakan ½ lingkaran atau segi tiga.



Posisi Pengelasan
Posisi pengelasan untuk sambungan las fillet (sudut) dan sambungan las tumpul untuk pengelasan pelat masing-masing terdiri dari 4 (empat) posisi pengelasan, yaitu posisi bawah tangan, mendatar, tegak dan atas kepala. Untuk penjelasan posisi pengelasan sambungan tumpul dan sambungan sudut pelat perhatikan gambar

Sumber : Welding Handbook KOBELCO















Tuesday, February 8, 2022

Pemilihan, Klasifikasi, Penggolongan Sifat Dan Penyimpanan Elektroda

 f. Pemilihan Elektroda
Dilihat dari fungsinya, elektroda mempunyai pengaruh yang besar terhadap hasil pengelasan.Oleh karena itu, pemilihan elektroda harus benar-benar tepat. Untuk pemilihan jenis elektroda yang digunakan, kita harus memperhatikan beberapa hal antara lain:
 Jenis proses las
 Jenis material  Desain sambungan
 perlakuan panas
 Posisi pengelasan
 Biaya operasional  Juru las ( Welder qualification)

g. Klasifikasi Elektroda
Klasifikasi elektroda menggunakan kode untuk mengelompokkan elektroda-elektroda dari perbedaan pabrik pembuatannya terhadap kesamaan jenis dan pemakaiannya.
Klasifikasi elektroda ini dibutuhkan baik pada elektroda maupun pada bungkusnya. Klasifikasi elektroda menurut standar AWS (American Welding Society) maupun ASTM (American Society for Testing Material) dinyatakan dengan tanda E diikuti oleh 4 digit. Penjelasan dapat dilihat pada skema dan table berikut:







Penting : Keterangan tentang penggunaan elektroda pengaturan arus las, hubungannya dengan kutub-kutub las, posisi pengelasan, klasifikasi dan jenis salutan biasanya tercantum pada bungkus elektroda.

h. Penggolongan Sifat Elektroda
 Fast Fill Electrodes
Jenis elektroda untuk pendepositan cepat, pembekuan lasan agak lambat sehingga sesuai untuk pengelasan flat. Ciri-cirinya: - Penetrasi dangkal dengan minimum admixture. - Untuk pengelasan pelat dengan tebal > 3/16
- Untuk flat fillet, horizontal fillet, lap dan grove butt weld. - Untuk pengelasan medium carbon steel yang sensitif terhadap keretakan. 
- Bila tidak menggunakan elektroda low hidrogen maka harus dilakukan pre heat. - Jenis elektroda ini mengandung 50% iron powder. - Arus pengelasan lebih besar dari elektroda jenis lain.
Contoh: E 7024, E 6027, E 7020, E7024

 Fast Freeze Electrodes
Jenis elektroda pembekuan cepat, khususnya digunakan pada posisi pengelasan vertikal dan overhead. Jenis ini walaupun termasuk jenis pengelasan lambat tetapi menuntut ketrampilan juru las lebih tinggi.
Fast-Freeze electrodes menghasilkan penetrasi dangkal dengan maksimum admixture. Slag tipis dan busur mudah dikendalikan dan cocok untuk pengelasan vertikal.
Contoh: E 6010, jenis basic fast-freeze, DCEP vertikal uphill.
E 6011, AC/DCEP vertikal down,
E 7010A-1 untuk high strenght plat x52/x56
E 7010-G

 Fill-Freeze Electrodes
Merupakan perpaduan dari fast-freeze dan fast-fill, medium deposit dan penetrasi, penggunaan untuk semua posisi pengelasan seperti: 
- Down hill fillet
- Lasan pendek-pendek dengan perubahan arah las. 
- Fast-fill joint bila kondisi fit up jelek.
Contoh: E 6012, E 6013 (baik pada listrik AC), E 7014

 Low Hydrogen Electrodes
Elektroda dikemas dalam bungkus hermetic dan bila pembungkusnya dibuka, elektroda harus segera dimasukkan ke dalam dry storage 90- 150C.
 - Elektoda yang lembab akan berpengaruh terhadap hasil las. 
- Moisture dalam jumlah kecil menyebabkan internal porositi, bila pengelasan dilakukan terhadap material dengan hardenability tinggi maka porositi tersebut akan menyebabkan under cracking.
- Moisture dalam jumlah besar akan menyebabkan porositi, under bead, cracking dan weld crack.
Kondisi penyimpanan low hydrogen elecrode:
AWS A 5.1: 230-260C selama 2 jam sebelum digunakan.
AWS A 5.5: 370-430C selama 1 jam sebelum digunakan
Contoh: E7018, E7016, E7028 dll

i. Penyimpanan Elektroda
Agar elektroda bertahan lama sebelum digunakan, maka elektroda perlu disimpan secara baik dan benar. Oleh sebab itu perlu diperhatikan hal- hal berikut dalam menyimpan elektroda :
 Simpan elektroda pada tempat yang kering dengan kemasan yang masih tertutup rapi ( kemasan tidak rusak ). 
 Jangan disimpan langsung pada lantai. Beri alas sehingga ada jarak dari lantai 
 Yakinkan, bahwa udara dapat bersikulasi di bawah tempat penyimpanan ( rak ). 
 Hindarkan dari benda-benda lain yang memungkinkan terjadinya kelembaban.  
 Temperatur ruangan penyimpanan sebaiknya sekitar 5o C diatas temperatur rata-rata udara luar.
 Bila elektroda tidak dapat disimpan pada tempat yang memenuhi syarat, maka sebaiknya beri bahan pengikat kelembaban, seperti silica gel pada tempat penyimpanan tersebut



D. Aktivitas Pembelajaran
Aktivitas 1 : Mengamati Tabel


Sumber : Arc Welding and Inspection, Kobelco, 2015
Aktivitas Pembelajaran
Aktivitas 1 : Mengamati Tabel
Tabel Perbandingan Mesin Las AC dan DC
Sumber : Arc Welding and Inspection, Kobelco, 2015
Setelah mengamati tabel di atas, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Dari tabel di atas apa yang dapat Anda simpulkan!
2. Di sekolah Anda mesin las yang tersedia lebih banyak untuk digunakan apakah AC atau DC? Berapa jumlah masing-masing?
3. Menurut pendapat Anda mesin jenis AC ataukah DC atau keduanya yang seharusnya digunakan untuk praktik siswa, tuliskan alasannya!
4. Menurut pengalaman Anda di sekolah, mesin jenis manakah yang lebih mudah dalam perawatannya (AC atau DC). Tuliskan alasannya!
5. Pengalaman Anda mesin manakah (AC atau DC) yang lebih mudah untuk digunakan siswa? Ataukah sama saja! Tuliskan alasannya!

Aktivitas 2 : Mengamati Mesin
Setelah selesai melakukan aktivitas satu, untuk menguatkan bahan bacaan 2 khususnya tentang duty cycle mesin las. Dipersilahkan Anda bersama rekan yang lain untuk mengamati data yang tercantum pada mesin yang ada di tempat pelatihan seperti berikut:

Aktivitas 3 : Identifikasi Elektroda
Pada akitivitas ini Anda diminta untuk mengidentifikasi elektroda, minimal elektroda yang diidentifikasi adalah empat macam. Pertanyaan yang dapat membantu aktivitas ini adalah sbb:
1. Apa kode elektroda tersebut?
2. Berapa kekuatan tarik elektroda tersebut?
3. Apa posisi pengelasan yang diijinkan untuk elektroda?
4. Apa jenis salutan elektroda?
5. Apa pengkutuban elektroda?
6. Golongan sifat elektroda?

E. Tugas
Pada tugas kali ini anda diminta untuk melakukan pemasangan kabel las dengan cara mengikuti dan mengamati kegiatan pemasangan kabel las sesuai dengan gambar yang ada di bawah ini,



F. Rangkuman
1. Pada cara pengklasifikasian berdasarkan cara kerja, pengelasan dapat dibagi dalam tiga kelas utama, yaitu pengelasan cair, pengelasan tekan dan pematrian.
a. Pengelasan cair (fusion welding) adalah cara pengelasan di mana bahan dasar yang disambung dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau api gas yang terbakar.
b. Pengelasan tekan (pressure welding) adalah cara pengelasan di mana bahan yang disambung dipanaskan sampai pijar kemudian ditekan menjadi satu.
c. Pematrian (brazing) adalah cara pengelasan dimana logam diikat dan disatukan dengan menggunakan bahan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah, dalam pematrian logam yang disambung tidak turut mencair.
2. Jenis elektroda untuk las busur metal manual adalah elektroda terbungkus.
Elektroda las berfungsi sebagai logam pengisi dalam proses pengelasan menggunakan busur listrik .
Elektroda las terdiri dari :
a. Logam inti (core were)
b. Salutan (coating) yang terdiri dari bahan flux.
3. Salutan elektroda dalam proses pengelasan berfungsi sebagai pelindung dari pengaruh atmosfir dan pembentuk terak cair, kemudian membeku dan melindungi logam las yang sedang proses pembekuan.
4. Flux salutan juga berfungsi sebagai pemantap busur dan melancarkan pemindahan butir-butir logam cair.
5. Klasifiaksi elektroda mengacu kepada standar AWS dengan kode E XXXX, E menyatakan elektroda, dan dua angka XX setelah E menyatakan kuat tarik, sedangkan X ketiga dari E menyatakan posisi pengelasan, misalnya angka 1 untuk semua posisi dan angka 2 untuk posisi bawah tangan dan horizontal, angka X keempat menyatakan jenis selaput dan jenis arus yang dipergunakan. Jenis salutan elektroda ada 9 macam yang diklasifikasikan dengan angka 0 sampai 8 .